Sejarah mencatat sebuah becana besar tahun 1883
ketika Gunung Krakatau meletus dahsyat dan memengaruhi kondisi iklim dunia.
Bencana ini pula telah membentuk gugusan pulau vulkanik yang sekarang dikenal
sebagai Kepulauan Krakatau, yaitu meliputi Rakata atau Krakatau Besar, Panjang
atau Krakatau Kecil, Sertung, dan Anak Krakatau. Letusan yang sempat membuat
dunia mencekam dan menelan banyak korban. Tetapi dibalik catatan sejarah yang
cukup dahsyat tersebut tersimpan berjuta keindahan yang tersembunyi di kepulauan
yang tersebar di sekitarnya dan misteri bawah laut yang luar biasa indahnya.
Maka dari itu Pada tahun 1991, UNESCO mengakui Taman Nasional Ujung Kulon dan
Cagar Alam Kepulauan Krakatau sebagai Warisan Alam Dunia.
Kepulauan Krakatau dapat diakses dari Pulau
Sumatera dan Pulau Jawa. Dari Sumatra akses utama adalah dari Bandar Lampung,
ibu kota Lampung, sedangkan dari Jawa, dapat diakses dari ibu kota Jakarta dan
melalui Provinsi Banten. Kali ini kita melakukan perjalanan dari Ibukota
Indonesia untuk menikmati keindahan krakatau. Pertama kali kita harus kita
mulai dari pelabuhan merak - Banten. Dari titik ini kita harus menyeberang
menggunakan kapal penyeberangan selama kurang lebih 3-4 jam untuk mencapai ke
pelabuhan bakauheni - Lampung. Pada hari jumat malam pun saya, dino, rizal dan
rendi bertemu di pelataran Pelabuhan merak dan bergabung dengan rombongan
lainnya yang juga memiliki tujuan yang sama yaitu Krakatau.
Deck Kapal Penyeberangan Merak - Bakauheni |
3 jam perjalanan dari merak pun berlalu kami
akhirnya tiba di bakauheni. Dari titik ini kita akan menaiki angkot yang akan
mengantarkan kita ke Pelabuhan Canti untuk kembali berlayar menuju Kepulauan
Krakatau. Tak membuang waktu kami pun masuk ke angkot warna kuning yang ada.
Sang supir angkot pun segera memacu mobil keluar dari areal pelabuhan kemudian
menyusuri jalanan yang masih sepi pagi itu. Di dalam perjalanan tak banyak yang
bisa kami lakukan, mata masih mengantuk karena semalaman berada di kapal.
Hampir sekitar 90 menit angkot berkelok kelok di jalanan sempit namun beraspal
cukup mulus, disebelah kiri Gunung Rajabasa seakan menyambut mentari pagi ini.
Tak beberapa lama kamipun telah sampai di pelabuhan canti.
Angkot Menuju Pelabuhan Canti |
Pelabuhan canti merupakan pelabuhan rakyat,
biasanya digunakan nelayan untuk menyandarkan kapalnya atau untuk dermaga
penyeberangan bagi warga di sekitar kepulauan krakatau. Saat kami tiba sudah
ada beberapa rombongan yang terlebih dahulu tiba, sekitar ada 5 kapal yang
telah siap. Memandang jauh ke depan tampak samar samar kepulauan yang tersebar
disekitar krakatau. Krim anti matahari pun kami oleskan di sekujur tubuh, sinar
terik matahari pagi itu seakan memberi peringatan terhadap kita. Oke, setelah
semua siap kamipun segera memasuki kapal yang telah kami sewa sebelumnya.
Pelabuhan Canti - Kalianda Lampung |
Kapal pelayaran rakyat yang mungkin hanya
berkapasitas 40 orang, itupun jika sebagian penumpang harus berada di atap
kapal. Dan ada 1 hal yang cukup menarik perhatian saya, yaitu mesin kapal itu
sendiri. Dan saya berpendapat kalau mesin ini adalah mesin darat yang telah
dipaksa untuk digunakan dikapal, yang menurut ilmu perkapalan saya..ha.ha.. itu
mesin yang sangat tidak layak digunakan untuk kapal. Maka dari itu faktor
keamanan dari kapal rakyat ini sangat amat perlu dipertanyakan. Terlepas dari
mesin dan faktor keamanan yang tidak layak, saya mencoba menikmati perjalanan
saya kali ini. Saya pun mencoba mengambil beberapa momen perjalanan awal kami
ini.
Sebagian Harus Diatap Kapal |
View Dari Dalam Kapal
|
Sekitar 60 menit berlayar disebelah kanan
tampak pulau Sebuku besar yang berwarna hijau segar penuh dengan pohon pohon
dan air laut yang semakin membiru. 30 menit dari sini kita akan segera sampai
di pulau Sebuku kecil. Pulau ini adalah spot pertama kita. Kegiatan yang bisa
kita lakukan di sebuku kecil ini adalah jelajah pulau atau bermain air
disekitaran pantai yang berair sangat jernih. Setelah mengambil beberapa foto,
akhirnya kami tak tahan juga melihat air biru yang sangat jernih ini. Kamipun
segera berlari menuju bibir pantai dan bersenang senang. Pulau kecil yang tak berpenghuni, cocok bagi para pecinta camping ceria jika ingin mendirikan tendanya di atas pasir putih pulau ini.
Pulau Sebuku Kecil |
Paradise |
Tujuan selanjutnya adalah spot snorkling di
Pulau sebuku besar. Pelampung, Kaki katak, snorkel pun kami pergunakan masing
masing. Jangkar kapal diturunkan, maka ini adalah waktu kita untuk melompat ke
dasar laut. Keadaan terumbu karang disini cukup baik, menurut saya 11 - 12 lah
sama kepulauan seribu di Jakarta. Ikan warna warni tampak banyak berkumpul di sekitaran karang karang, namun sayang kali ini saya tak sempat membawa kamera underwater jadi dokumentasi bawah laut hampir tidak ada. Tapi untuk dokumentasi bawah air cukup terekam dengan baik dengan handphone mas dino yang telah terpasang case anti air, hasil video pendeknya dapat disaksikan di akhir halaman ini. Matahari yang cukup cerah sangat mendukung
kegiatan kita hari ini, kulit yang semakin menghitam pun tak kami hiraukan
hanya keceriaan yang ada di kepala kita saat itu. Hampir 60 menit kami berenang
renang di spot snorkling pertama ini.
Snorkling Time |
Mari Berenang |
Setelah dirasa cukup puas kami pun segera
kembali naik ke dalam kapal untuk segera menuju spot snorkling kedua. Spot
kedua ini terletak tidak jauh dari spot yang pertama. Di perjalanan menuju
titik kedua ini saya mengalami mabuk laut yang tidak bisa saya tahan tahan
lagi, dan akhirnya saya harus beristirahat di dalam kapal sedangkan Dino,
Rizal, dan Rendi tetap bersenang senang, sayang sekali. Hampir sisa waktu di
kapal saya pergunakan untuk tidur saat itu.
Entah berapa lama saya tertidur di dalam kapal
yang saya tahu saat sadar adalah kapal telah berangkat kembali dengan suara
mesin yang menderu nderu. Saya hanya bisa terdiam..hee.he. Ternyata sesi
snorkling telah berakhir dan kita sedang perjalanan menuju Pulau Sebesi untuk
beristirahat di homestay. Saat tiba di Pulau Sebesi kesan pertama saya ini
seperti ibukota di kepulauan krakatau. Tampak banyak pemukiman tersebar di
pulau ini, dermaga yang cukup bagus dan listrik yang menyala walaupun hanya
sampai jam 10 malam. Kamipun segera menuju kamar masing masing, homestay yang
sangat sederhana tapi cukuplah bagi kami untuk melepas lelah. Pemandangan dari
kamar juga cukup indah langsung berbatasan dengan biru air laut. Setelah makan
siang dan bersantai di pinggir pantai kamipun segera beranjak ke tempat tidur.
Pemandangan Di Depan Kamar Homestay |
Pulau Sebesi |
Langit Sangat Bersahabat |
Hampir 90 menit kami terlelap sampai kami
terbangun oleh teriakan seorang teman kami. Jadwal sore ini adalah mengunjungi
Pulau Umang Umang. Dengan mata yang sedikit lengket kami pun segera bangun dan
bersiap. Pulau Umang Umang ini terletak tak jauh dari Sebesi. Hanya sekitar 15
menit dari dermaga Sebesi. Pulau umang umang ini adalah pulau kecil yang
dinamakan umang umang karena di pulau ini banyak terdapat umang umang atau
keong. Batuan vulkanik tersebar di bibir pantai dan sekilas mirip dengan pantai
di belitung sana tempat biasa anak anak laskar pelangi bermain. Air laut disini
pun sangat jernih, dan bahkan seperti kaca. Sungguh tempat yang sangat indah, cocok untuk para pecinta fotografi karena begitu banyak spot menarik di pulau kecil ini. Pecinta snorkling pun sangat dimanjakan dengan air yang begitu jernihnya.
Pulau Umang Umang |
Foto Keluarga |
Batuan Vulkanik |
Air Yang Begitu Jernih |
Surga Dunia |
Matahari pun semakin condong ke barat. Nahkoda
kapal pun meneriaki kita untuk segera masuk kembali ke dalam kapal. Katanya sih
kita akan diajak ke spot terbaik untuk menikmati sunset terbaik. Kapal pun bergerak pelan merambat di sekitaran bibir pantai pulau sebesi. Dari sini kita dapat melihat lebih jauh pemukiman yang berada di sekitar pulau sebesi, begitu juga kita dapat melihat keindahan pantai pulau sebesi bagian selatan yang berbatu batu vulkanik. Gunung Sebesi pun tampak gagah diantara sinar matahari yang mulai temaram. Lagu reggae
pun terdengar nyaring dari sound yang terdapat di sisi kanan kiri ruangan
nahkoda. Alunan musik yang sangat pas terdengar di telinga apalagi kita sedang
menikmati suasana Paradise seperti ini. Kapal berjalan pelan terombang ambing
seusai alunan musik. Matahari pun semakin condong, dan inilah negeri sejuta
senja itu.
Kamilah Sang Pemburu Senja |
Negeri Sejuta Senja |
Gunung Sebesi Diantara Temaram Sinar Sore |
Hari pertama ini pun telah berakhir seiring
dengan tenggelamnya matahari di ufuk barat. Kamipun sudah tak sabar bertemu
dengan Krakatau dengan catatan sejarahnya yang besar itu. Ikuti kelanjutan cerita
kami di bagian ke dua. DISINI.
2 komentar
wah mantep tuh foto2nya....kalo boleh tau pake camera apa & lensa apa y mas....hhiihih
ReplyDeleteDslr biasaa aja mas, pake lensa standart
Delete