Mountaineering
Travelling
Krakatau - Kudaki dan Kuselami Keindahanmu [Part 2]
12/16/2013setapakkecil
Mengatakan datang kapalnya api
Lalu berjalan berperi-peri
Nyatalah Rakata empunya bunyi
.......
Riuh bunyi di dalam perahunya
Bersahutan sama sendirinya
Seperti kiamat rupa bunyinya
Ramailah orang datang melihatnya
Demikian petikan transliterasi Inilah Syair
Lampung Karam Adanya karangan Muhammad Saleh bait ke-14 dan 16. Syair ini
dikumpulan oleh Suryadi dan diterbitkan dalam Syair Lampung Karam, Sebuah
Dokumen Pribumi Tentang Dahsyatnya Letusan Krakatau 1883.
Tulisan kali ini merupakan lanjutan cerita
perjalanan kami sebelumnya menelusuri keindahan Krakatau bagian pertama DISINI. Ini merupakan hari
kedua kami menelusuri berbagai keindahan di kepulauan krakatau. Hari minggu
pagi saat matahari belum tampak dan ayam ayam pun belum sempat untuk berkokok.
Kami yang terdiri dari saya sendiri, Rizal, Dino, dan Rendi telah terbangun
dari peraduan dan bersiap untuk menuju Gunung Anak Krakatau. Pukul 03.00 kami
pun telah siap untuk berangkat. Dermaga subuh itu pun tampak masih gelap dan
sepi tapi tampak kru kapal sewaan kami telah sibuk mempersiapkan semuanya. Bersyukur
angin laut saat itu tak berhembus kencang dan sang lautan pun tampak tenang
dibalik gelap pagi itu.
Setelah semua berkumpul dan menaiki kapal,
mesin kapal pun segera menderu nderu memecah keheningan pagi itu. Lampu di
kabin pun telah menyala dan sedikit menyilaukan mata yang sebelumnya telah
terbiasa dengan kegelapan. Angin laut pun tampak berhembus lebih kencang saat
kapal melaju membelah ombak. Dan itulah semua keadaan yang menyambut kita untuk
berpetualang di hari minggu itu. Perjalanan menuju Gunung Anak Krakatau dapat
kita tempuh selama 90 menit dari Pulau Sebesi. Di tengah perjalanan ombak
semakin besar, kapal pun naik turun menembus besar ombak besar pagi itu.
Sedikit perasaan was was ketika ombak terpecah di haluan kapal dan airnya pun
seakan melompat sampai ke atas kapal. Tapi inilah serunya berpetualang itu,
tanpa hadangan seakan perjalanan ini bagai sayur tanpa garam.
Tak Berapa Lama
Gunung Anak Krakatau pun menampakkan wujudnya. Tak Seberapa tinggi memang tapi
tampak jelas gunung ini merupakan potensi nyata bencana yang mungkin akan
terjadi di masa depan, kepulan asap tampak membumbung dari kawah yang terdapat
di puncaknya, di kanan kiri tampak lelehan lahar yang telah membeku dan
membentuk batuan keras formasi Pulau yang terbentuk di Anak Krakatau ini. Tampak
jelas juga sisa sisa bencana pada masa lalu. Dibelakang Anak Krakatau tampak
jelas sisa Gunung Krakatau purba di Pulau Rakata. Pulau ini tampak seperti
gunung yang terbelah menjadi hanya separuh bagian. Tampak dari puncak hingga ke
permukaan laut yang biru, terbayang di benak saya betapa dahsyat letusan
Krakatau di masa silam.
Gunung Anak Krakatau |
Perahu pun segera merapat di Anak Krakatau.
Pasir di pantai ini tampak hitam, menandakan aktivitas vulkanis yang terus
berlangsung hingga saat ini. Anak Krakatau ini merupakan Cagar Alam yang telah
di kelola dan dalam pengawasan Provinsi Lampung. Oleh karena itu kita wajib
melapor ke pos jaga yang ada saat berkunjung. Dan untuk kegiatan hiking menuju
Badan Gunung Anak Krakatau pun kita wajib di dampingi oleh Ranger. Itu semua
prosedur yang harus kita patuhi dan semua itu demi kenyamanan dan keselamatan
kita semua.
Mentari Pagi Itu |
Pantai Pasir Hitam Anak Krakatau |
Cagar Alam Anak Krakatau |
Setelah semua siap kami pun segera berjalan
menuju puncak Anak Krakatau. Sebenarnya kita tidak diperbolehkan sampai di
puncak karena sangat berbahaya melainkan kita akan berjalan hanya sampai
punggungan badan sebelum puncak Anak krakatau. Kita hanya membutuhkan 30 - 40
menit berjalan untuk mencapainya tergantung fisik masing masing juga. Trek
sepanjang perjalanan berupa tanah pasir vulkanis. Awal perjalanan kami menembus
hutan pinus yang terhampar di atas tanah
pasir, dengan trek masih landai. Selepas hutan tampak puncak Anak Krakatau
menyambut kedatangan kita dari kejauhan. Dari titik ini trek akan terus
menanjak hingga punggungan bukit yang akan kita tuju.
Trek berupa pasir dengan
batuan yang tersebar, menurut saya trek ini hampir mirip dengan Mahameru dengan
kemiringan 30 - 45 derajat namun dengan rentang perjalanan yang lebih pendek.
Jika trek ini sepanjang Mahameru menurut saya trek ini lumayan berbahaya juga
karena banyak lelehan lahar panas yang telah mengering menjadi batu batu yang
lancip, jika batuan ini terkena kaki kita akan berbaya dan bisa mengakibatkan
luka. Di tengah tengah perjalanan kita juga akan merasakan sensasi mendaki gunung "Naik 2 turun 1" istilah para pendaki jika sedang mendaki gunung berapi dengan trek pasir karena jika kita mendaki naik 2 langkah pasti akan kembali mundur 1 langkah. Inilah tipikal mendaki gunung aktif yang berpasir seperti di Mahameru, Merapi dan lainnya.
Batas Vegetasi |
Setelah cukup terseok seok di dalam pasir
dengan langkah kaki naik 2 turun 1, kami sampai juga di punggungan Anak
Krakatau. Dari titik ini kita dapat memandang puncak Anak Krakatau, puncak yang
tampak keputihan dan terus mengeluarkan asap belerang tampak gagah dihadapan
kita. Keseluruhan tampak pasir dan lahar panas yang telah mengering, seakan memperingatkan
kita akan bahaya yang akan ditimbulkan olehnya, oleh karena itu kita harus
senantiasa waspada. Pemandangan disini sangat indah lautan biru terhampar begitu megah dengan gugusan kepulauan yang tersebar, tampak Pulau Panjang, Pulau Rakata dan lainnya. Disini sekali lagi mulut saya berkata lirih "Aku cinta sekali negeri yang indah ini".
Berjalan ke arah samping pemandangan tak kalah indahnya, tampak Gunung Rakata yang indah ditengah laut yang biru dengan separuh puncaknya yang telah hilang tertutup oleh awan. Benar benar pengalaman yang tidak akan kami lupakan bisa mengijakkan kaki di Gunung dengan catatan sejarah letusan yang menggemparkan dunia ini. Tak ingin kehilangan momen kami segera melakukan beberapa jepretan kamera untuk mengabadikan jejak langkah kita menelusuri keindahan Krakatau.
Puncak Anak Krakatau |
Pulau Panjang Dari Kejauhan |
Berjalan ke arah samping pemandangan tak kalah indahnya, tampak Gunung Rakata yang indah ditengah laut yang biru dengan separuh puncaknya yang telah hilang tertutup oleh awan. Benar benar pengalaman yang tidak akan kami lupakan bisa mengijakkan kaki di Gunung dengan catatan sejarah letusan yang menggemparkan dunia ini. Tak ingin kehilangan momen kami segera melakukan beberapa jepretan kamera untuk mengabadikan jejak langkah kita menelusuri keindahan Krakatau.
Turun dari Punggungan Anak Krakatau kita dapat
langsung turun ke bawah dan kembali ke pos. Pada Waktu turun ini dapat
melakukan seluncuran atau ski di atas hamparan pasir yang miring. Hampir persis seperti yang
pernah saya lakukan di Mahameru, bedanya disini kita harus lebih berhati hati
karena banyak batu lancip dari lahar panas yang telah mengering. Memang sangat mengasikan kita dapat berselancar diatas pasir, inilah hal yang sangat menyenangkan saat mendaki ke gunung berapi yang berpasir. Setelah terengah engah sampai ke puncak akan terbalas dengan kecepatan kita saat turun ke bawah. Tak sampai 20
menit kami pun sampai kembali di bibiran pantai Anak Krakatau.
Berakhir sudah perjalanan kita menapaki Anak
Krakatau. Dibalik keindahannya tersimpan jejak jejak sejarah kedahsyatan
Bencananya dan mungkin juga akan terulang lagi kelak di kemudian hari. Oleh karena
itu kita harus senantiasa waspada. Memang negeri ini indah tiada tara namun
selalu di intip oleh sekeliling bencana yang siap menerkam. Dibawah ini sedikit rekaman pendek video perjalanan kami menelusuri keindahan Krakatau, mulai dari pendakian hingga penyelaman ke dasar lautnya yang sangat indah.
0 komentar