Sinar Matahari pagi itu kembali menyinari kota yang menasbihkan dirinya sebagai kota wali atau biasa juga disebut kota seribu goa yang sekilas mirip dengan kota lainnya di Jawa Timur, namun inilah Kota Tuban. Awal hari itupun kembali menghidupkan kembali denyut kehidupan kota kecil ini. Tak terkecuali juga dengan Pasar Baru yang kembali dengan hiruk pikuk khas pasar pasar di Pulau Jawa. Namun siapa sangka di tengah terik matahari dan hiruk pikuk Pasar Besar Tuban ini tersimpan sebuah tempat yang menyimpan keheningan, keindahan, kedamaian dan bahkan terik matahari pun tan akan dapat menemukannya.
Tepat dibawah perut pasar besar tuban dengan sejuta
kegiatannya tersimpan dengan rapi Lukisan akan keindahan perut bumi Indonesia.
Tepat sekitar 10 -15 meter kedalam kita akan menemui sebuah Goa yang sangat
indah dan menyimpan cerita panjang di dalamnya, Goa Akbar namanya. Sebuah nama
yang cukup tepat untuk menggamparkan betapa akbarnya goa ini sebenarnya.
Untuk menjangkau goa ini sangat mudah sekali, karena goa ini
terletak di pusat kota Tuban. Jika kita sedang berziarah ke Makam Sunan Bonang
kita bisa menaiki becak yang berjejer rapi sepanjang jalan untuk mengantarkan
kita. Ataupun jika kita membawa kendaraan kita dapat menuju pasar baru tuban,
maka petunjuk arah pun sudah sangat jelas. Dari komplek perkiran bus ziarah
Sunan Bonang pun sangat dekat, hanya sekitar 200 meter berjalan kaki. Tiket
masuk pun tergolong cukup murah hanya Rp. 5000 per orang.
-- Legenda --
Sekitar 500 tahun lalu, Sunan Bonang sedang melakukan
perjalanan. Ketika menemui goa ini, Kanjeng Sunan Bonang terpesona dan seketika
berucap, “Allahu Akbar”. Konon, sejak itulah, goa yang terletak di tengah Kota
Tuban itu disebut Goa Akbar. Versi lain diceritakan, karena sekitar goa banyak
dijumpai pohon Abar. Masyarakat setempat kemudian menyebutnya Ngabar.
Berdasar buku yang dihimpun Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Tuban, kata Ngabar berasal dari bahasa Jawa yang berarti latihan. Konon, goa ini pernah dijadikan tempat persembunyian untuk mengatur strategi dan latihan ilmu kanuragan prajurit Ronggolawe, yang ketika itu berencana mengadakan pemberontakan ke Kerajaan Majapahit. Pemberontakan itu disulut oleh ketidakpuasan Ronggolawe atas pelantikan Nambi menjadi Maha Patih Majapahit. Karena seringnya dijadikan tempat latihan, goa dan daerah sekitarnya dijuluki Ngabar, yang kemudian seiring waktu menjadi nama dusun yaitu Dusun Ngabar, Desa Gedongombo, Kecamatan Semanding. Cerita mengenai asal usul ini memang berkembang bervariasi. Pastinya, kata Akbar itu kini dipergunakan Pemerintah Kabupaten Tuban sebagai slogannya. Akbar bermakna Aman, Kreatif, Bersih, Asri, dan Rapi.
Goa Akbar mengandung kisah keagamaan sangat tinggi. Diceritakan, konon Sunan Bonang mengetahui goa ini karena diajak Sunan Kalijogo yang saat itu masih bernama RM Sahid. Bila disimak cerita pada relief di dinding sebelah utara pintu masuk, digambarkan RM Sahid yang adalah putra Bupati Tuban ke-9 yang bernama Wilotikto diusir dari rumah karena bertabiat kurang baik. Karenanya ia dipanggil dengan nama Brandal Lokojoyo. Pertemuannya dengan Sunan Bonang di Kali Sambung, Brandal Lokojoyo mengatakan kalau rumahnya di goa. Alkisah, setelah ia terusir, RM Sahid memang tinggal di Goa Akbar. Perjalanan spiritual RM Sahid alias Brandal Lokojoyo kemudian menemui jalan kebenaran, dan terakhir menjadi Sunan Kalijogo. Beberapa tempat di Goa Akbar akhirnya dipercaya sebagai tempat perjalanan religius Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang, di samping wali-wali yang lain.
Pintu Masuk Ke Dalam Goa |
Stalaktit dan stalagmit yang muncul di dalam goa pun semakin
indah akibat pantulan pantulan sinar lampu. Ornamen Ornamen gua pun diberi nama
tersendiri mengikuti akan bentuknya, sungguh unik. Sepanjang lintasan ini
terdapat setidaknya tiga ruang besar semacam hall. Ruang besar ini kerap
menjadi terminal pengunjung untuk bersantai sejenak. Di akhir perjalanan
terdapat semacam hall yang dinamakan Paseban Para Wali atau tempat para wali menyampaikan fatwa dan ajaran agama. Di tempat ini juga terdapat stalaktit
dan stalagmiy yang seakan menjadi hiasan ruangan ini, sungguh indah dan tetap
nuansa religi masih kental terasa, ditambah dengan adanya batu-batu besar yang
terletak di bagian depan ruang, seakan menjadi podium bagi pembicara. Beberapa
tempat di Goa Akbar akhirnya dipercaya sebagai tempat berkumpul dan
bermusyawarah para sunan pada jaman dahulu kala.
Kedung Tirta Agung |
Seiring beragamnya
cerita yang menyelimuti, Goa Akbar memiliki banyak ruang dan ornamen batu dalam
berbagai bentuk, yang memiliki jalinan kisah tersendiri. Kisah itu berkaitan
dengan sejarah wali-wali dalam melakukan syiar agama di desa-desa hingga
kawasan pantura (pantai utara).
- Pertapaan
Andong Tumapak. Tempat ini dipercaya
sebagai tempat pertapaan Sunan Bejagung (Sayyid Abdullah Asyari), penyebar
agama Islam di Jawa sebelum Wali Songo. Konon, kanjeng Sunan Bejagung
bertapa untuk memenuhi permintaan Bupati Tuban kala itu, untuk memohon
petunjuk pada Tuhan dalam menghadapi serangan musuh.
- Sendang
Tirta Merta berupa kolam air
kehidupan yang bermakna kehadiran goa ini diharapkan bisa menjadi lapangan
kehidupan masyarakat Tuban dan bisa meningkatkan kesejahteraan dan
lapangan kerja.
- Lorong
Hawan Samodra. Berdasar penelitian, di
dalam lorong tersebut pernah ditemukan tanah bercampur ijuk, sehingga
diduga dulu dipakai tempat penyimpanan harta karun.
- Ruangan
Songgo Langit. Artinya dari sudur
ruangan ini kita bisa melihat langit secara bebas melalui lobang angin.
- Pertapaan
Sela Kumbang sebagai tempat
pertapaan yang terletak di atas tanah.
- Gampeng
Watu Naga. Bentuk batu-batu ruangan
itu bila digabungkan akan mirip dengan ular naga.
- Sela
Turangga yaitu batu mirip kuda.
Lorongnya bisa tembus ke Rumah Sakit Medika Mulia.
- Muhamandhapa
Sri Manganti. Ruangan seperti pendopo
besar dan luas, yang pernah digunakan sebagai tempat rapat, sidang,
pertemuan para Wali Songo.
- Watu
Gong atau sebuah batu yang bila dipukul bisa
menghasilkan bunyi seperti gong.
- Pasujudan
Baitul Akbar, yaitu tempat ibadah bagi
umat Islam. Tempat ini pernah digunakan oleh Sunan Bonang untuk
melaksanakan shalat.
Cahaya Surga
6 komentar
referensi yang bagus. OK
ReplyDeleteTerima kasih :)
DeleteWaaahh g ngajak" blue....
ReplyDeleteSebutkan namamu? hahaha
DeletePenghuni pak to,pak wartoyo,penggemar mancing,kuliah surabaya,,,suka makan hahahahaa
ReplyDeleteWahhh kamprett..hahaha
Delete