Jika kita merindukan suasana segar
dan dingin khas pegunungan di Sukabumi, tidak ada salahnya untuk datang ke
Pondok Halimun, atau yang biasa disingkat PH oleh orang orang Sukabumi. PH ini
terletak sekitar 12 km dari kota, berada di keinggian lebih dari 1000 meter
membuat kawasan ini sejuk dan banyak objek menarik yang bisa kita nikmati.
Kenapa di judul tulisan saya kali
ini adalah tempat pelarian ?? yaa..karena ini adalah tempat pelarian kami
setelah diusir (Secara halus) dari Situ Gunung, untuk cerita lengkapnya bisa
kalian baca di SINI. Kami menuju Pondok Halimun adalah untuk mencari tempat
membuka tenda untuk bermalam karena tubuh kami telah sangat lelah berkendara
seharian dari Jakarta. Untuk menuju PH ini dapat ditempuh dengan beberapa
alternatif. Pertama jika kita menggunakan angkutan umum dimana dari kota
Sukabumi naik angkot nomer 10 jurusan Salabintana (sebelumnya dari terminal
Sukabumi naik angkutan kota turun di Bhayangkara), dengan jarak tempuh sekitar 12
km dengan ongkos berkisar Rp 5000 per orang.
Turun di pemberhentian akhir kawasan wisata Salabintana.
Untuk kalian yang sedikit malas untuk membaca catatan perjalanan saya kali ini. Kalian dapat menikmati video pendek perjalanan kami 2 hari di Situ Gunung dan Pondok Halimun. Tinggal Klik dan nikmati.
Untuk kalian yang sedikit malas untuk membaca catatan perjalanan saya kali ini. Kalian dapat menikmati video pendek perjalanan kami 2 hari di Situ Gunung dan Pondok Halimun. Tinggal Klik dan nikmati.
Awal mula kami kesini ingin menuju
Shelter pendakian Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGPP) untuk mencari
tempat mendirikan tenda. Kami dari situ gunung langsung memacu motor kami menuju
selabintana. Jalanan malam itu sangat sepi dan dingin, jalur berkelak kelok
diantara kebun teh pun kami lalui, sampai kita bertemu dengan ujung jalan.
Disitulah letak kawasan Pondok Halimun. Malam itu warung warung masih tampak
buka dengan asap yang masih mengepul dari arang bekas jagung bakar. Tak
sedikitpun kami tergoda untuk mampir karena keadaan tubuh kami yang semakin
lelah dan kamipun berlalu begitu saja. Untuk menuju kantor pendakian shelter
Selabintana (Camping Ground) kita lalui jalan berbatu lurus setelah deretan
warung warung.
Karena jalanan yang rusak saya pun
turun dari motor dan Mbak dwi pun mengikuti langkah saya. Pantat pegel juga
duduk di jok belakang motor terus terusan mending jadi supirnya, hehe. Kamipun
jalan di jalan makadam itu. Tak lama ada seseorang yang menyusul kami dari
belakang, dan ternyata adalah seorang dari Volunteers Panthera yang bernama Rezi.
Kamipun dipersilahkan dahulu untuk mampir di Pos Panthera. Pikiran saya mungkin
kami disuruh untuk registrasi terlebih dahulu sebelum membuka tenda. Setelah
ngobrol santai tentang maksud dan tujuan kami malam itu, tiba tiba datang
senior dari Volunteers Panthera Pak Seno Kelono.
Setelah ngobrol ngobrol panjang
lebar, akhirnya kami pun mendapatkan info kenapa kami tidak diperbolehkan
membuka tenda di kawasan Situ Gunung. Menurut penuturan beliau kawasan situ
gunung merupakan kawasan taman nasional dan patut dilindungi. Karena pada malam
hari banyak satwa seperti babi hutan dan rusa yang mencari sumber air di situ
gunung dan ditakutkan itu akan mengundang macan tutul. Dan jika itu terjadi
maka akan sangat berbahaya bagi para wisatawan yang camping disana. Setelah mendengar
cerita beliau rasa kecewa kami pun bisa hilang, bahkan beliau pun menyarankan
kami untuk menginap di Pos Panthera saja daripada membuka tenda karena keadaan
sudah lewat tengah malam. Kami pun langsung meng-Iyakan tawaran yang menarik
itu, setidaknya tak perlu pasang tenda di tengah gelap malam apalagi di tengah
kenangan masa lalu,. Loh apa ini ? Akhirnya malam itu pun kami tidur di ruangan
pos Panthera, Alhamdulillah kami bisa tidur dengan enak dan hangat malam itu
melepas semua letih.
Tak terasa jam alarm sholat subuh
pun berbunyi, satu persatu dari kami mulai bangun dan mengambil air wudhlu.
Setelah saya sholat saya pun menyempatkan untuk melihat keadaan di luar. Udara
segar pun langsung menyergap tubuh saya, sungguh suasana yang sangat nyaman dan
damai. Pagi itu matahari bersinar begitu cerahnya, hingga puncak gede pun
tampak tersenyum di antara rimbun hutan. Di belakang Pondok Panthera ini
terdapat camping ground yang kira kira dapat menampung hingga 50 tenda dengan
rumput yang tertata rapi. Disamping pondok mengalir dengan derasnya Sungai
Cipelang. Saya pun sempatkan menepi dan mengambil beberapa jepretan foto.
Sungai Cipelang |
Tampak di samping Pondok Rezi
sedang membawa teropong, saya sempat curiga jangan jangan dia sedang ngintip
orang mandi dikali..hahaha. Ternyata si Rezi sedang mengamati burung burung di
pohon, menurut penuturan dia bahwa pohon pohon besar disamping sungai adalah habitat
dari beberapa jenis burung dan monyet. Dan benar saja tak selang berapa lama
monyet monyet tampak asik meloncat loncat di dahan pohon. Saya pun langsung
mengambil teropong Rezi, ternyata lucu tingkah polah monyet monyet ini, Yaaa
yang baca ini.
Disaat kami sedang mengamati
monyet, para wanita wanita sedang memasak di dapur. Mbak wi, cici, dan devi
sibuk menyiapkan sarapan untuk kita semua. Setelah makanan masak kami pun
langsung menyantap semua. Setelah selesai sarapan kami diajak Pak Seno untuk
hiking santai menuju Curug Cibeureum, yang kali ini kami akan di pandu oleh
Rezi. Tak membuang waktu kamipun melakukan pemanasan ringan yang di pimpin oleh
Pak Seno, beliau ini orangnya sangat ramah dan welcome terhadap kami semua. Selalu
membuat wajah kami tersenyum lebar pagi itu.
Oke kamipun langsung berjalan
mengikuti trek menuju curug Cibereum. Jalur berupa batuan yang tertata dengan
rapi, awal perjalanan sangat terasa santai. Pohon pohon besar membentuk kanopi
yang melindungi kami dari sinar matahari, ranting kiri kanan tampak basah oleh
embun pagi. Tapi kami diperingatkan oleh Resi agar berhati hati dalam melangkah
dan menyentuh dedaunan karena di Jalur selabintana ini sangat terkenal akan
hewan penghisap darahnya yaitu Pacet. Tak berapa lama mas dino pun langsung
dapat sambutan selamat datang dari Pacet, ditangannya tampak berjoget Pacet
kecil, namun untungnya sang pacet masih berbaik hati belum menyedot jus darah
Mas Dino.
Si Kecil Penghisap darah |
Ditengah perjalanan jalanan akan mulai menanjak dengan jalur batuan yang cukup licin karena berlumut, mungkin ini karena kanopi pohon yang rapat hingga matahari susah untuk tembus makanya lumut pun tumbuh subur. Jarak curug dari Pos Panthera adalah sekitar 2,8 km dengan jarak tempuh 1,5 jam berjalan santai (Tanpa banyak istirahat lho yaaa). Sebagai patokan jarak adalah tandah Hektometer (HM) yang terpasang sepanjang jalur setiap 100 m sekali.
Dan akhirnya setelah melewati HM 25
kami mendengar suara deras air yang jatuh, kami pun terus bersemangat untuk
berjalan. Dan benar saja selepas tanjakan Curug Cibereum pun menampakkan
wujudnya. Air terjun ini berketinggian 60 meter yang merupakan curug tertinggi
di kawasan TNGPP. Air tampak jatuh dengan bebasnya dari atas langsung menghunjam batuan di bawahnya. Sensasi sprai dari air pun dapat kita rasakan disini. Sungguh indah air terjun ini setelah kita letih berjalan sekitar 90 menit.
Namun menurut penuturan Rezi masih ada satu lagi curug tertinggi yang belum tersentuh oleh pengelola yaitu Curug Cipelang (800 meter). Tinggi sekali ya..memang tinggi namun jalur kesana pun sampai saat ini belum pernah dilalui oleh siapa pun. Disini kawasan curug ini pun Rezi bercerita bahwa banyak terdapat Katak merah dan memang habitatnya hanya di sekitar kawasan ini. Rezi pun mengajak kami sedikit kebawah aliran air dan mencari katak merah ini. Setelah sedikit ubek ubek daunan akhirnya katak merah pun didapatkan Rezi. Katak ini berukuran kecil dan menurut Rezi ukurannya hanya memang kecil seperti ini.
Namun menurut penuturan Rezi masih ada satu lagi curug tertinggi yang belum tersentuh oleh pengelola yaitu Curug Cipelang (800 meter). Tinggi sekali ya..memang tinggi namun jalur kesana pun sampai saat ini belum pernah dilalui oleh siapa pun. Disini kawasan curug ini pun Rezi bercerita bahwa banyak terdapat Katak merah dan memang habitatnya hanya di sekitar kawasan ini. Rezi pun mengajak kami sedikit kebawah aliran air dan mencari katak merah ini. Setelah sedikit ubek ubek daunan akhirnya katak merah pun didapatkan Rezi. Katak ini berukuran kecil dan menurut Rezi ukurannya hanya memang kecil seperti ini.
Katak Merah |
Disekitar curug cibeureum pada saat hari libur terdapat beberapa penjaja makanan, jadi kalian jangan khawatir jika perut tiba tiba goyang dangdut. Yang kurang menurut saya adalah tidak adanya MCK atau sekedar ruang ganti bagi para pengunjung yang habis berenang di curug. Memang ada bekas MCK diseberang sungai namun sudah terbengkalai dengan cerita seram dibaliknya (Menurut cerita Pak Seno Lohh..hehe).
Setelah puas bermain air, berfoto
foto sambil menikmati keindahan curug Cibereum ini kamipun harus segera kembali
ke Pos Panthera. Perjalanan kembali kami tempuh 1,5 jam juga. Di akhir tulisan
kali ini saya menyampaikan banyak terima kasih kepada Pak Seno dan Rezi yang
telah menyambut kami semua dengan keramahan dan kebaikan. Kami sangat senang
bisa bertemu keluarga baru seperti kalian, terima kasih semuanya untuk
Volunteers Panthera. Suatu saat kami pasti akan kembali kesini. Terima Kasih.
13 komentar
gan boleh minta template blognya ngga? kalo boleh tolong kirim ke email gunawanagun6@gmail.com
ReplyDeletekok page viewmu ngalah2 i aku saiki, joss sukses he he
ReplyDeleteMeningkat drastis saiki mas :D
Deletekeren , boleh gabung ya kk di komunitas nya ^_^
ReplyDeleteSilahkan mas :)
Deleteboleh minta cpnya pak seno mas?
ReplyDeleteDemi privasi beliau, via email atau chat yang lain saja mbak... alamat email ada di info
DeleteDimana emailnya bang?
DeleteGabung next travelling mas
ReplyDeleteGabung next travelling mas
ReplyDeleteAyukkk silahkan :)
DeleteBoleh tau jam tutup masuk kawasan pondok halimun bang? Mau camping di camping ground PH. Makasih
ReplyDeleteSudah by PM ya bang :)
Delete