Tak ada yang lebih membahagiakan
selain menemukan surga kecil berwarna kebiruan setelah lelah mendaki gunung
selama berjam-jam. Surga kecil itu bernama Danau Segara Anak. Danau Segara Anak
merupakan danau kawah (kaldera) Gunung Rinjani berada di ketinggian sekira
2.008 m dpl dengan luas mencapai 1.100 hektar dan kedalaman berkisar 160 – 230 meter. Di tengah-tengah danau,
nampak anak Gunung Rinjani yang dinamakan Gunung Baru Jari (gunung baru jadi)
dengan ketinggian 2.376 mdpl. Gunung ini masih terbilang aktif dan terakhir
meletus pada 2009 sebelumnya gunung ini juga meletus tahun 2004.
Jika kalian belum sempat membaca bisa kalian klik link tadi dan kalian tak akan menyesal untuk membacanya karena tulisan saya yang renyah dan enak dinikmati. Hahhh renyah ? enak dibaca kali. atau buat kalian yang malas untuk membaca tulisan saya bisa klik video dibawah. Video pendek yang merangkum semua perjalanan kami 5 hari menjelajah keindahan Gunung Rinjani
Badan kotor, lusuh, muka lesu,
jalan sempoyongan, mata merah karena semalam kurang tidur itulah gambaran diri
sesaat setelah summit attack dan tiba kembali di camp ground Plawangan
Sembalun. Melepas satu persatu pakaian kotor adalah hal yang pertama saya
lakukan. Debu bertebaran dimana mana, tissue basah yang saya gunakan sebagai
lap wajah pun langsung coklat pertanda betapa kotor muka saya ini walaupun muka
yang baca ini lebih kotor sih, hehehe, peace.
Selepas bersih diri ternyata di
salah satu tenda telah siap santap pagi setengah siang kami, dan ternyatanya
lagi yang menyiapkan adalah Tim yang tidak ikut summit attack yaitu Mbak dwi,
suci, ridwan, ados, dll. Ucapan terima kasih langsung meluncur mulus. Tapi apa
daya mata yang sudah sangat berat memaksa badan untuk roboh di dalam tenda,
alhasil saya pun tertidur dan yang lain menyantap makan pagi setengah siang
itu. Entah berapa lama saya tertidur, setelah membuka mata Yohan, Fahmi, Imam,
Dino dan Dilla sedang mempersiapkan perlengkapan turun, dan saya pun langsung
menyantap makanan yang tersisa.
Camp Kami Di Pelawangan Sembalun |
Matahari siang itu tampak terik diantara kabut yang menutup Segara Anak Rinjani. Kami pun membereskan perlengkapan dengan keringat bercucuran, hampir 60 menit lebih kami habiskan untuk mengepak semuanya kembali ke dalam kulkas kami. Namun setelah semua beres ada sedikit yang mengganjal, kenapa ini kulkas makin hari makin berat saja padahal kita sudah 2 hari berada di gunung? Padahal secara logika pasti berat bawaan akan terus berkurang, ahh entahlah apa yang salah. Mungkin manajemen pembagian barang di tim kita yang kurang oke, jadi ada beberapa anggota tim yang membawa barang enteng dan yang lain over, sedangkan kami tim belakang adalah barisan gerbong barang dengan barang berat yang selalu berada di pundak.
Untuk menuju Danau Segara Anak kita
dapat melalui jalur setapak menurun di Plawangan Sembalun ini. Perjalanan kira
kira dapat ditempuh selama 3 – 4 jam tergantung dengan fisik masing masing pendaki. jalur berupa turunan turunan
dengan batu berundak undak dengan bantuan pagar pembatas di titik titik yang
berbahaya. Sekilas jalur menurun ini seperti di Gunung Lawu via Cemoro sewu
yang bisa membuat dengkul koplak. Tapi turunan di Rinjani ini saya tasbihkan
dengan level Sangat Curam. Jalur mengikuti bukit pelawangan dengan kontur
berkelak kelok seperti tubuh ular, trek berlatar tumbuhan cantigi dan terbuka,
jika matahari sedang terik maka akan dipastikan sangat menguras tenaga. Hati
hati dalam melangkah dalam perjalanan turun ini. Terdapat sumber air dalam
perjalanan tetapi jalur untuk menuju sumber tidak direkomendasikan karena jalur
yang tidak jelas dan dapat membuat kita tersesat dan kehilangan arah.
Setelah hampir 3 jam kontur trek
akan naik turun dan melewati beberapa jembatan dengan aliran sungai yang
kering, ini tandanya tidak lama lagi segara anak semakin mendekat. Tapi jangan
begitu percaya terhadap kalimat saya barusan, karena kalian harus coba berjalan
sendiri dan buktikan kalau tulisan saya hanya sekedar PHP, hehehe. Jalanan
masih naik turun dan jauh, satu saran saya lagi jangan percaya terhadap
perkataan porter di jalur ini, karena semua kata mereka adalah PHP.
Pelawangan Sembalun Tampak Dari Bawah |
Gunung Barujari |
Camp Ground Danau Segara Anak |
Camping ground luas terletak di
sepanjang pinggiran danau, jangan takut untuk kehabisan tempat. Tempat membuka
tenda paling bagus adalah yang menghadap langsung ke danau dengan Gunung
Barujari di tengahnya dan latar belakang dinding kaldera bekas letusan Gunung
Samalas. Memandang berkeliling memang surga danau segara anak ini sungguh luar
biasa indah. Gunung barujari tampak angkuh seakan menunjukkan jika badan
kecilnya menyimpan kekuatan yang luar biasa hebat. Memandang ke belakang tampak
pelawangan sembalun yang sangat tinggi dan dari kejauhan tanjakan tiada ampun
menanti kami di pelawangan senaru esok. Banyak kegiatan yang bisa kita lakukan
disini antara lain memancing dengan berbagai macam ikan di dalamnya, berenang,
tetapi ingat air danau tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi karena telah
tercemar belerang dari Gunung Barujari. Untuk air yang bisa dikonsumsi terdapat
di dekat air panas sekitar 10 menit berjalan dari camp ground.
Mungkin banyak dari kita yang belum banyak tahu tentang sejarah letusan Gunung Rinjani ini. Disini saya akan mencoba memberikan sedikit info jika dahulu Rinjani ini bagian dari Gunung Berapi Samalas dan beberapa waktu lalu ditemukan bukti bahwa letusan Gunung Samalas lebih besar dari Gunung Krakatau bahkan Gunung Tambora.
Selama ini letusan dan erupsi gunung Krakatau dan gunung Tambora dianggap paling dahsyat di Indonesia, ternyata ada satu gunung lagi yang mengalahkan keduanya. Peneliti telah mengamati jejak abu dan beberapa serpihan kimia dari sebuah gunung api yang pernah meletus dengan dahsyat dari jejaknya pada lapisan es, baik yang berada di Kutub Utara maupun di Kutub Selatan. Sebuah ledakan misterius terjadi pada 1257, di abad ke-13. Saking dahsyatnya, jejak kimiawinya terekam dalam es di Arktik dan Antartika.Teks dari Abad Pertengahan menceritakan tentang iklim yang secara mendadak mendingin dan panen yang gagal. Membuat warga susah, bahkan diduga banyak yang tewas. Dan baru kini para ilmuwan menemukan gunung berapi yang bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Dalam jurnal sains, PNAS, tim internasional menunjuk pada Gunung Samalas di Pulau Lombok, Indonesia yang ini dikenal sebagai Gunung Rinjani. Hanya sedikit struktur gunung api yang tersisa dan kini tampilannya hanya berupa danau kawah Segara Anak. Nah, ternyata inilah gunung yang dianggap bertanggung jawab telah menorehkan jejak-jejak abu vulkaniknya di lapisan es di kedua kutub Bumi. Tim ilmuwan mengaitkan jejak sulfur dan debu di es di kutub dengan data yang ditemukan di wilayah Lombok, termasuk unsur radiokarbon, tipe dan penyebaran batu dan abu, cincin pepohonan, dan bahkan sejarah lokal yang menyebut tentang runtuhnya Kerajaan Lombok di suatu masa Abad ke-13.
Perbandingan Letusan Samalas Dengan Gunung Lainnya (Sumber) |
Disekitar danau segara anak banyak
terdapat spot yang menarik diantaranya terdapat air terjun yang cukup indah. Air
terjun ini berasal dari aliran air danau segara anak. Sungguh view yang
memanjakan mata disini, apalagi dengan latar belakang kaldera yang tinggi
menjulang. Kita dapat bermain main air sepanjang aliran air terjun, dan
kemungkinan masih banyak air terjun lagi dibawah sana jika kita melalui jalur
pendakian Torean.
Tepat disamping bawah aliran air
terjun terdapat sumber mata air panas alami. Disini kita dapat berendam air
panas yang panas sekali bukan sekedar hangat. Banyak sekali pendaki yang
memanfaatkan sumber ini untuk sekedar berendam, gosok gosok badan yang kotor,
merebus telur, atau bahkan untuk menghilangkan panu kadas kurap. Sumber air
panas telah disulap menjadi kolam kolam kecil untuk berendam. Disini kita akan
mandi bersama (jangan berpikiran kotor dahulu), pasti banyak canda tawa
terbentuk antar pendaki yang sebelumnya belum saling kenal, atau bahkan dengan
wisatawan mancanegara sekalipun.
Aliran Air Dari Danau Yang Menuju Air Terjun |
Setelah selesai berendam di Jacuzzi
alami saya, Imam, Rendi, Dino, Doni segera kembali ke camp ground. Di terasan
tenda 3 wanita hebat sedang melakukan aktfitas masak memasak untuk sarapan. Ikan
mas hasil pancingan kemarin menjadi menu istimewa pagi ini, dipadu dengan
sambal kecap. Walaupun sangat sederhana kami sangat mensyukurinya karena
kebersamaan ini yang susah kita rasakan kembali kelak.
Sehabis makan kita pun segera
berkemas, karena perjalanan hari ini masih sangat panjang. Kita rencanakan
untuk turun gunung melalui jalur senaru. Jangan dulu dibayangkan turun gunung
itu akan selalu melalui jalur yang menurun, dari segara anak ini untuk turun
gunung kita harus naik gunung dulu, hahahaha. Iyaaa, naik bukit terjal selama
4-5 jam sampai di pelawangan senaru, baru deh kita jalan melalui jalan yang
benar benar turun. Kurang lebih pukul 11
siang kami memulai perjalan naik dulu baru turun gunung ini.
Untuk menuju trek senaru kita harus melipir trek sempit di pinggiran danau segara anak sampai jalur memasuki hutan pinus. Nah, dari sini awal penyiksaan jalur senaru ini. Jalur akan terus menanjak tanpa ampun sepanjang 60 – 90 menit berjalan gaya polio hingga kita bertemu dengan pos Watu ceper. Pos ini adalah puncak bukit kecil yang datar dengan batu batuan vulkanis besar yang tersebar dan kebanyak berbentuk ceper. Pos ini juga biasa dijadikan para pendaki untuk mengembalikan letak sendi dengkul yang sudah mulai bergerser. View disini cukup keren untuk diabadikan, warna biru segara anak tampak sangat indah berpadu dengan terjal lereng kaldera yang memukau.
Menuju Jalur Senaru |
Untuk menuju trek senaru kita harus melipir trek sempit di pinggiran danau segara anak sampai jalur memasuki hutan pinus. Nah, dari sini awal penyiksaan jalur senaru ini. Jalur akan terus menanjak tanpa ampun sepanjang 60 – 90 menit berjalan gaya polio hingga kita bertemu dengan pos Watu ceper. Pos ini adalah puncak bukit kecil yang datar dengan batu batuan vulkanis besar yang tersebar dan kebanyak berbentuk ceper. Pos ini juga biasa dijadikan para pendaki untuk mengembalikan letak sendi dengkul yang sudah mulai bergerser. View disini cukup keren untuk diabadikan, warna biru segara anak tampak sangat indah berpadu dengan terjal lereng kaldera yang memukau.
Dari pos watu ceper kita dapat melihat jalur neraka senaru ini, tampak di kejauhan pendaki yang tampak merayap bagai semut di antara dinding terjal kaldera, dan tampak begitu terjalnya trek. Setelah cukup mengumpulkan tenaga dan mental kita akhirnya kembali melangkahkan kaki. Tanjakan awal sebagai ucapan selamat datang kami tempuh dengan cepat, tetapi lama kelamaan kaki pun kembali terserang polio dan sebuah teriakan “Woyyyyy, cepetan woyyyy macet nih dibelakang” membuyarkan konsentrasi kami dan akhirnya kamipun rela menepi untuk memberikan jalan untuk para porter dan pendaki yang mempunyai dengkul dewa dobel garden. Yahhhh, beginilah nasib para pecel lele, hanya teriakan “Bebas Polioo, woyooooo” yang selalu menjadi penyemangat langkah kami.
Jalur Tipis Disamping Jurang |
Scrambling Di Batuan Tebing |
Jalur senaru ini tampak lebih
terjal dengan safety margin minim, karena terkadang kita harus merayap dengan
teknik semi scrambling melewati batu batu terjal. Dan kebanyakan jalur melewati
pinggiran tipis dinding kaldera dengan sisi kiri jurang menganga yang siap
menyambut jika kita terjatuh ke dalamnya. Jalur menanjak seakan tiada habisnya,
sungguh penyiksaan jika kita mau turun gunung harus naik gunung terlebih dahulu.
Saya pun sempat bergumam, kenapa pemkab Lombok tidak membuat terowongan yang
menembus bukit ini hingga segara anak?, kenapa mereka tidak membuat kereta
gantung seperti di taman mini saja? kenapa dan kenapa?? Ahhhhhh inilah mimpi
mimpi atau penyesalan jika saya sedang sangat kelelahan, hahaha. Hampir 4 jam
lebih kami berjalan tanda tanda pelawangan senaru pun semakin dekat, semangat
kami pun terus terpompa dan akhirnya inilah Pelawangan Senaruuuuuuu.
Pelawangan senaru adalah puncak
kaldera Segara anak jika kita mendaki melewati jalur senaru, dari sini kita
dapat melihat keindahan danau segara anak secara keseluruhan, gunung barujari
yang tampak indah ditengahnya seperti berlian di tengah tengah cincin emas. Namun
sayang gagah sang Rinjani dengan puncaknya tertutup awan kala itu.
Tidak sumber air di pelawangan senaru ini. Sumber air hanya ada pada pos 3, dan pos 2 dan itupun hanya sebuah kubangan pasir berisi air rembesan sungai yang tidak mengalir, kita harus benar benar pandai mengatur manajemen air jika melewati jalur ini. Menurut info yang saya dapat dari google dari pelawangan hingga pintu senaru dapat kita tempuh selama 5 jam, dan semoga itu benar bukan PHP. Setelah sholat ashar kami pun segera melangkah berharap tiba di kaki gunung tidak terlalu larut sehingga kita bisa beristirahat apalagi kondisi logistik kami yang sudah habis.
Trek awal berupa batuan batuan vulkanis
sisa letusan Samalas masa lampau, kita harus berhati hati dalam melangkah. 40
menit berjalan kami tiba di pos 5. Selepas pos 5 jalur berubah menjadi tanah
berdebu bercampur kerikil kerikil kecil, dan ini merupakan jalur yang sangat berbahaya,
kenapa? Karena jalur seperti ini akan menguji kesembangan kita pada saat jalur
menurun apalagi dengan kerikil kecil yang membuat kaki kita slip. Entah sudah
berapa puluh kali saya terjatuh di jalur ini, tetapi untung saja hal yang saya
takutkan cedera engkel tidak terjadi, Alhamdulillah. 90 menit bertempur dengan
jalur menyiksa kami akhirnya tiba di pos 3, entah dimana pos 4 tiba tiba sudah
pos 3 saja. Disini terdapat pos untuk berteduh dan terdapat sumber air yang
menurut para porter kurang layak minum karena air yang kotor dan berwarna
hijau.
Selepas pos 3 jalur akan masuk ke
dalam rimbun hutan, dari sini kita mulai mengeluarkan senter masing masing dan
merapatkan barisan. Karena pada malah hari akan lebih berbahaya jika kita
terpisah pisah. Tidak banyak yang bisa saya ceritakan di malam pekat ini, hanya
kilatan senter kami yang menembus rimbun hutan. entah berapa lama kami
berjalan, pos 2 yang kami tuju pun belum tampak batang hidungnya. Dari sini
keadaan mulai sunyi, kamipun sudah mulai jarang berbicara karena mungkin
kelelahan yang mendera. Disini banyak sekali kita berteriak untuk meminta “Break”
instirahat dulu. Perut keroncongan, mata berkunang kunang, pundak kram yang
sudah 4 hari ini membawa kulkas di punggung. 3 jam mungkin akhirnya kita sampai
di pos 2.
Di pos 2 ini tampak sudah banyak
tenda yang berdiri, karena memang lahan yang ideal untuk mendirikan tenda. Disini
juga terdapat sumber air ke bawah kira kira 100 meter berjalan. Air hanya
berupa 3 cerukan di atas pasir dengan air rembesan dari air kotor yang
menggenang. Sekedar catatan jika ingin mengambil air pada saat malam hari
alangkah baiknya dengan 3 orang atau lebih karena jalur ke mata air sempit dan
cukup membingungkan, bahkan sebelum kami sampai di pos 2 kami sempat
mendengarkan orang orang berteriak minta tolong dan ahirnya kita temukan mereka
sekitar 300 meter sebelum pos. menurut penuturan mereka tersesat setelah
mengambil air di sumber pos 2.
Dilla pun sempat bercerita kalau
pos 2 ini terkenal agak angker karena banyak cerita miring yang beredar di
internet. Awal sih saya sempat ragu akan hal itu, dan hanya menertawakannya. Tetapi
tak disangka ada hal ganjil pada saat saya menuju mata air dan setelah itu saya
sempat mendengarkan suara ketawa khas Suzanna pada film malam 1 suro,
hiiiiiiiiii…. Sukses membuat saya lari terbirit kembali ke pos 2.
Setelah pos 2 jalur tetap sama
melewati jalur lebat di tengah hutan, saya pun kembali mendengarkan suara
cikikan, tetapi hal itu kurang pedulikan dan mengira bahwa hanya saya yang
mendengarnya saat itu. Semua anggota tim terdiam, sesekali teriakan break
terdengar. Yang pasti selepas pos 2 itu kami berjalan sangatlah lamaaaaaa,
bahkan sampai jam 1 dinihari pun kami belum menemui pos 1. Tidak ada juga pendaki
lain yang melintas dan saya pun sempat bergumam, apakah kita tidak tersesat? Apakah
kita tidak berjalan berputar putar di tempat yang sama? Keadaan fisik pun
semakin melemah, saat itu hanya doa doa kecil yang saya panjatkan dalam hati
agar perjalanan panjang ini segera berakhir.
Jam 01.30 dinihari akhirnya kita
sampai di pos 1. Ada papan yang menunjukkan Jarak di setiap pos, hanya 2 km
dari pos 2 kenapa kami bisa tempuh selamai ini ? 3,5 jam kami berjalan? Ahhhh entahlah,
yang penting kami telah selamat dan ingin rasanya segera membuka tenda dan
tidur. tetapi kejadian menarik terjadi atau mungkin juga intrik internal,
hehehehe. Ados seperti tampak sangat ketakutan di pos 1 ini, dia ingin segera
melanjutkan perjalanan ke bawah karena menurutnya sangat berbahaya di pos 1
karena dari pos 2 ini dia di ikuti oleh makhluk astral. Mulai dari sini keadaan
makin mencekam satu persatu mulai dari Yohan, Dino, Suci yang juga bercerita
apa yang mereka lihat sepanjang perjalanan tadi. Suasana sedikit ricuh saat
itu, saya dan Yohan tetap ingin membuka tenda di pos 1 ini karena melihat
keadaan Dilla yang semakin drop. Disisi lain ados, suci, bambang dan eko ingin
segera turun. Oke, akhirnya tim terpecah. 11 orang tetap stay di pos 1 dan 4
orang kembali melanjutkan perjalanan. Cerita misteri sebenarnya masih berlanjut
pada saat kita bermalam di pos 1 ini tapi tidak akan saya ceritakan lebih
lanjut karena blog ini bukan blog misteri, hahahahaha. Silahkan rasakan
sensainya jika kalian turun senaru pada malam hari.
Tidur malam itu terasa sangat cepat
berlalu dan pagi hari pun menyapa kami dan telah menimbun cerita buruk
perjalanan semalam. Pos 1 ini tampak asri dan rindang di tengah tengah hutan
heterogen. Setelah bangun kita segera beres beres karena logistik dan air kita
yang semakin habis. Plang penunjuk bertuliskan 2 km untuk sampai di Pos pintu
masuk senaru, disini pun saya berharap 2 km nanti tidak sepanjang 2 km perjalanan
kami dari pos 2 menuju pos 1. Dan benar saja hanya 20 menit kami telah tiba di
pintu masuk Senaru, coba kalian bandingkan dengan 2 km yang kami tempuh hampir
4 jam sebelumnya. Satu kata Alhamdulillah…akhirnya perjalanan panjang di gunung
Rinjani ini berakhir. Warung yang ada disini pun menjadi pelampiasan perut kami
yang keroncongan.
Pintu Jalur Senaru |
Terima kasih untuk kalian semua
Dwi, Dilla, Suci, Dino, Doni, Fahmi, Ridwan, Rendi, Bambang, Ados dan Eko. Pengalaman
yang mungkin tak akan saya lupakan bersama kalian para Pecel lele, kita dapat
menapaki jalur pendakian terindah di Asia tenggara di Negara kita Indonesia
tercinta ini walaupun dalam perjalanan sempat terjadi momen momen menyenangkan
maupun membuat kita berbeda pendapat, tetapi tujuan kita hanya satu yaitu
Kebersamaan. Salam Sehat Bebas poliooooo, woyooooooooooo……
Untuk kalian yang belum sempat membaca cerita sebelumnya bisa dengan sekali klik link dibawah ini, Terima Kasih.
Bebas Polio, Woyooo |
9 komentar
Yap walk out juga part 3 nya :p #eh
ReplyDeleteMonggo dibaca gan :D
DeleteThanks udah mampir
ReplyDeletemakasih banyak gan
ReplyDeleteoh ya salam kenal bang
ReplyDeleteSama sama bang :)
Deletekereeennn... lengkap banget ada pendakian gunung, ada camping, ada danau dan sumber air panas.. semoga bisa kesana sama temen-temen aamiin
ReplyDeleteAamiin .. segera direncanakan mas. Gunung Rinjani selalu menunggu :D
DeleteSaya tertarik dengan tulisan anda mengenai pariwisata dengan sejumlah wisata yang menarik. Sangat bermanfaat untuk dapat mengetahui tempat wisata yang menarik dan penuh dengan suasana baru.Saya juga mempunyai tulisan yang sejenis mengenai pariwisata yang bisa anda kunjungi di www.indonesia.gunadarma.ac.id
ReplyDelete