Green bay atau biasa disebut Teluk hijau mendengar namanya saja pasti sudah terbayang bagaimana akan keindahan salah satu pantai surga di Indonesia ini. Ya memang ini pantai dimana memiliki keindahan alami yang menenangkan yang selama ini kita cari. Dikelilingi hutan alami yang asri, kicauan burung yang bernyanyi berpadu dengan hembusan angin dan suara ombak diantara bebatuan seakan seperti orchestra alam tersendiri yang akan menenangkan jiwa dan pikiran kita, dari penatnya rutinitas sehari-hari.
Ini adalah destinasi kedua saya di
Kabupaten Banyuwangi setelah sebelumnya saya mengunjungi Taman Nasinonal
baluran, bagi kalian yang belum membacanya bisa klik tautan berikut ini.
Kali ini saya memilih 3 Destinasi untuk menikmati kekayaan alam di Kabupaten ini diantaranya adalah Taman Nasional Baluran, Green Bay, dan Kawah Ijen. Untuk lebih jelas bagaimana gambaran dari ketiga destinasi kali ini silahkan kalian klik tautan video saya dibawah ini.
Memang sejak lama saya ingin
berkunjung ke Green Bay, karena banyak sekali racun di internet yang bertebaran
mengekspose keindahan pantai ini. Yang pertama dipikiran adalah dimana Green
Bay itu berada?, berdasarkan beberapa info yang saya dapat sih letaknya di
Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, sekitar 90 km arah barat daya dari
kota Banyuwangi, dan masuk dalam wilayah Taman Nasional Meru Betiri. Untuk lebih jelasnya bisa melihat peta dibawah ini.
Jarak Dari Banyuwangi |
Oke setelah tau nama tempatnya
sekarang bagaimana caranya bisa kesana?, saat itu saya menggunakan mobil
pribadi dan untungnya ada guide lokal yaitu adek sepupu sendiri, si Dek Galus
dan Yasmin dan mereka asli Banyuwangi setidaknya sedikit tau arah menuju
kesana. Untuk menuju Green Bay kita bisa mengambil arah menuju Pulau Merah atau
Red Island yang mulai tersohor keberadaannya di Banyuwangi. Sudah banyak
penunjuk arah untuk menuju kesana atau paling gampang dijadikan patokan adalah
kita harus menuju Jajag terlebih dahulu darisana sudah mulai jelas arahnya. Dari
pulau merah kita ambil jalur lurus menuju Sarongan / Taman Nasional Merut Betiri, dari sini penunjuk sudah
tidak ada dan hanya mengandalkan insting alam kami, hahaha. Awal mula jalanan
sangat mulus dan membentang di tengah perkebunan PTPN hingga akhirnya jalanan
berubah menjadi makadam dan hampir seperti offroad. Mobil innova kami pun harus
keluar masuk kubangan yang cukup dalam harus pelan pelan dan sabar untuk
melalui medan seperti ini. Satu kata deh untuk jalur satu ini RUSAK PARAH. Yahhh
lagi lagi inilah yang dinamakan petualangan.
Jalanan Rusak Parah |
Hampir 60 menit setelah jalanan
mulus menghilang kami akhirnya masuk di Desa Sarongan. Desa ini tampak ramai di
tengah perkebunan luas yang membentang. Dan saya pun sempat terkaget kaget pada
saat melintas di sebuah terminal kecil, kenapa? Karena ada bus Damri yang
sedang mangkal. Bukan karena tidak pernah melihat bis, bukan juga seorang
Bismania yang melihat bis langsung selfie di depan moncong bus, tapi saya kaget
karena kenapa ada Damri bisa sampai di desa pedalaman nan terpencil ini?, setelah
euphoria melihat Damri mereda, saya bisa berpikir jernih. Mungkin ini program
kabupaten Banyuwangi yang mulai menggalakkan potensi pariwisatanya keluar, dan
semoga program ini semakin bisa mensejahterakan masyarakat pedalaman dan
mengenalkan potensi wisata asli daerah mereka. Karena memang di jalur ini
banyak sekali tempat wisata menarik yang dapat dikunjungi mulai dari Pulau Merah,
Pantai Rajegwesi, Green Bay, Pantai Sukamade dan TN. Meru Betiri.
Tapi semua program pariwisata daerah ini bisa berjalan baik asalkan semua prasarana baik. Saya ambil satu contoh adalah jalan menuju Green Bay ini tergolong sangat jelek ditambah kurangnya penunjuk jalan. Kalau memang pemerintah Banyuwangi ingin serius mengembangkan pariwisata daerah Sarongan dan sekitarnya alangkah baiknya akses jalan diperbaiki, akses transportasi bus Damri ditambah frekuensinya dan informasi tentang tempat pariwisata yang ada harus lebih mudah diakses dan lengkap.
Tetapi dari hati yang paling dalam saya ingin Taman Nasional Meru Betiri khususnya Green Bay tetap sulit untuk di akses khalayak umum agar kelestarian tempat ini tetap terjaga, keindahannya masih bisa kita nikmati hingga ada anak cucu kelak. Karena masalah klasik pariwisata di Indonesia adalah sampah, saya tidak mau tempat seindah Green Bay ini ternoda oleh sampah.
Tapi semua program pariwisata daerah ini bisa berjalan baik asalkan semua prasarana baik. Saya ambil satu contoh adalah jalan menuju Green Bay ini tergolong sangat jelek ditambah kurangnya penunjuk jalan. Kalau memang pemerintah Banyuwangi ingin serius mengembangkan pariwisata daerah Sarongan dan sekitarnya alangkah baiknya akses jalan diperbaiki, akses transportasi bus Damri ditambah frekuensinya dan informasi tentang tempat pariwisata yang ada harus lebih mudah diakses dan lengkap.
Tetapi dari hati yang paling dalam saya ingin Taman Nasional Meru Betiri khususnya Green Bay tetap sulit untuk di akses khalayak umum agar kelestarian tempat ini tetap terjaga, keindahannya masih bisa kita nikmati hingga ada anak cucu kelak. Karena masalah klasik pariwisata di Indonesia adalah sampah, saya tidak mau tempat seindah Green Bay ini ternoda oleh sampah.
Bus Damri Perintis (Sumber) |
Setelah melewati Sarongan kita
masuk di pos penjagaan TN. Meru Betiri, disini kita harus membayar tiket
sebesar 5k/orang dan 10k/mobil harga yang sama ketika masuk di TN.Baluran mungkin
standarisasi retribusi di semua Taman nasional. Disini kita bisa melihat papan
Informasi apa saja daya tarik wisata yang bisa kita kunjungi di dalam kawasan
TN. Meru Betiri ini. Tak jauh dari pos penjagaan kita bisa mengunjungi Pantai
Rajegwesi, sekilas pantai ini indah dengan banyaknya perahu nelayan desa
Pesanggrahan. Disini pun tersedia parkir luas untuk mobil pengunjung, di pantai
ini pun kita bisa langsung menuju Green Bay dengan menggunakan perahu nelayan selama
sekitar 15 menit. Tetapi naik perahu ini juga bukan sesuatu yang mudah, karena
butuh nyali besar. Coba bayangkan, naik perahu menyusuri pantai selatan yang
terkenal akan keganasan ombaknya serta cerita-cerita yang mistis yang
mengiringinya. Jika naik perahu, dijamin sesampainya di teluk hijau, pakaian
akan basah oleh air laut, karena terguyur ombak yang kadang bisa mencapai dua
hingga tiga meter
Tapi bagi kalian yang berjiwa petualang
kalian harus menuju green bay dengan jalan kaki. Untuk menuju pintu masuk Green
Bay kita hanya tinggal mengikuti jalur lurus setelah Rajegwesi sekitar 15 menit
kita bisa parkir mobil di pelataran. Tapi ini tidak saya rekomendasikan karena
jalur yang menanjak tajam berbatu dan lahan parkir yang sangat sempit, kami
beruntung saat itu bisa mendapatkan parkir di sekitaran pintu masuk.
Jalur Masuk Menuju Green Bay |
Dari sini kita diharuskan jalan
kaki sejauh 1 km untuk menuju Green Bay. Jalur berupa tanah menaiki bukit dan
mungkin akan berubah sangat becek pada saat musim hujan. Di bagian yang
berbahaya telah disedikan tali untuk mempermudah kita berpegangan dalam
melangkah. Di atas bukit keindahan kawasan Green Bay sudah dapat kita nikmati.
Tebing tebing tinggi yang langsung berhadapan dengan ganasnya ombak laut
selatan. Sungguh menghilangkan lelah kami setelah berkendara 3,5 jam tadi. Jalur dominan menurun hingga kita tiba di tepian pantai.
Setelah menuruni bukit kita akan
disambut oleh suara deburan ombak. Kita sudah sampai? Nanti dulu, kita baru
sampi di Pantai batu. Sepanjang bibir pantai tertutup oleh batu batu hitam ini. Tetap berhati hati dalam melangkah karena batu berukuran cukup besar cukup mampu membuat kita terpeleset. Waspada terhadap ombak besar yang datang apalagi pada saat berjalan di tepian pantai.
Konon dulunya pantai ini berpasir seperti pada umumnya pantai. Asal muasal batu-batu kali ini seolah sebuah misteri. Dari sekian pantai yang ada di Banyuwangi, hanya pantai Teluk Batu yang dipenuhi dengan hamparan batu kali. Nyaris tidak terlihat pasir disepanjang pantainya. Yang ada hamparan batu kali yang permukaannya halus. Rupanya batu-batu kali di pantai Teluk Batu menyimpan sejarah buruk dimasa lalu. Dahulu pantai Teluk Batu disebut pantai Teluk Damai. Namun namanya berubah setelah kawasan pantai selatan Banyuwangi diterjang tsunami pada 1994 silam, termasuk pantai Teluk Damai.
Mana yang namanya Green Bay? Sabar dulu…
kita harus jalan lagi menyusuri pantai batu ini. Green bay letaknya tersembunyi
dibalik bukit di ujung pantai batu ini. Karena memang sesuatu yang indah itu
harus dilalui dengan perjuangan terlebih dahulu sama halnya dengan menemukan
pantai surga satu ini. Setelah melewati bukit kecil kita akan langsung disambut
dengan hamparan putih pasir pantai, tampak di kejauhan warna air laut yang
kehijauan. Yaaa.. inilah Green Bay itu kawan.
Laut Berwarna Hijau |
Sungguh Indah |
Sungguh pantai yang sangat indah,
warna hijau tampak berkilau terkena sinar matahari siang itu. Pasir putihnya
sungguh sangat lembut dan masih terjaga keasriannya. Namun satu yang perlu
diwaspadai disini adalah jika kita ingin berenang sebaiknya agar lebih berhati
hati karena ombak yang sangat besar dan berpotensi untuk bisa menyeret kita ke
tengah lautan. Di ujung pantai ini juga terdapat sebuah air terjun mini dengan
debit air yang sangat kecil, sekilas jika musim hujan datang mungkin air terjun
ini akan melengkapi keindahan Green Bay.
Akhirnya terwujud juga impian setelah
sekian lama ingin mengunjungi pantai indah ini. Satu lagi yang membuat saya
terkesan disini, karena pihak pengelola membuat sebuah plang penunjuk Green Bay
lengkap dengan koordinat dan tulisan wajib bagi para pecinta alam “Don’t leave anithyng but footprint, don’t
take anithyng but picture” sebuah rangkaian kata yang sangat bermakna, Tourism
meningkat pesat di suatu Destinasi Wisata punya berbagai efek baik positif
maupun negatif, apalagi sekarang dengan boomingnya sosial media membuat suatu destinasi
yg tadinya tidak terjamah jadi dikenal. Efek Negatif dari boomingnya Destinasi
Wisata bisa rusaknya alam, hancurnya habitat, pembangunan yg mungkin merusak
lingkungan. Tetapi efek positifnya dari boomingnya suatu Destinasi Wisata
membuat banyak orang punya pekerjaan, orang lokal lebih menghargai daerahnya
& ekonomi lokal menjadi meningkat. Banyak saya lihat alam yang rusak dikarenakan Masyarakat
Lokal yang menebangi hutan & mengambil satwa yg dijual untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, jika mereka hidup dari pariwisata pastinya mereka akan
menjaga dan melestarikan tempat tersebut.
Cari Koordinatnya dan Temukan Surga Itu |
Satu kata terakhir untuk kita semua
yang cinta akan travelling mohon untuk lebih memaknai kata "Take nothing but pictures leave nothing but footprints, kill
nothing but time." saya yakin semua Destinasi Wisata akan terjaga
kelestariannya, Salam Bebas Poliooo… woyooooooooooo.
4 komentar
warna air lautnya bagus banget... hijau tosca gitu...
ReplyDeletetapi lokasinya agak susah dijangkau kayaknya ya mas?
Gampang kalau bawa kendaraan pribadi, mendekati TM. Meru Betiri jalanan rusak parah mas.
Deletecakeppp...
ReplyDeletesemoga kebersihan dan keindahannya tetap terjaga..
Aminnn, semoga tetap terjaga dari sampah :)
Delete