Sebuah gunung yang lebih dikenal dengan nama kawah ijen ini memang begitu mempesona siapa saja yang mengunjunginya. Gunung ini berdiri kokoh dengan ketinggian kurang lebih 2368 mdpl, dengan ketinggiannya menjadikan udara dingin sebagai teman setianya. Sungguh sajian alam menakjubkan yang akan kita temui di ujung Pulau Jawa tepatnya di Kabupaten Banyuwangi.
Malam itu entah kenapa aku tidak bisa menutup mata ini lebih cepat, padahal badan ini terasa sangat lelah setelah menempuh perjalanan panjang sehari penuh menuju Green Bay. Entah kenapa juga mulut ini tak bisa berhenti tertawa dan tersenyum malam itu. Bukan karena bintang dan bulan bertaburan karena ada bidadari jauh disana yang sedang menemaniku malam itu walaupun hanya suara yang bersua dari ujung handphone, tapi…ahhh sudahlah cerita indah itu hanya untuk kami berdua. Disini aku akan menceritakan hal selain cinta yaitu jalan jalan yang tentunya lebih menarik untuk kalian baca.Untuk kalian yang belum sempat membaca cerita cerita seru aku di Banyuwangi bisa kalian klik link dibawah.
Taman Nasional Baluran "Ada Afrika Di Indonesia"Green Bay "Mutiara Hijau Di Taman Nasional Meru Betiri"
Atau jika kalian malas untuk membaca semunya kalian bisa duduk santai sambil melihat video pendek yang aku buat dalam perjalanan. Kali ini alu memilih 3 Destinasi untuk menikmati kekayaan alam di Kabupaten ini diantaranya adalah Taman Nasional Baluran, Green Bay, dan Kawah Ijen. Untuk lebih jelas bagaimana gambaran dari ketiga destinasi kali ini silahkan kalian klik tautan video aku dibawah ini.
Setelah 2 destinasi di atas yang telah aku kunjungi, malam ini… eh bukan, tepatnya pagi ini aku akan mengunjungi destinasi terakhirku di Kabupaten Banyuwangi ini yaitu Gunung Ijen atau Kawah Ijen. Dalam perjalanan kali ini aku akan ditemani oleh beberapa saudara saudara yang sangat baik hatinya ada Mas Fharul, Dek Jasmine, dan Dek Ferdi. Kami berempat akan bangun jam 1 dinihari untuk menuju Paltuding. Mengapa sepagi itu? Yaaa karena kami akan mengejar Blue Fire, apalagi itu Blue Fire?, yaa api berwarna birulah yang konon katanya hanya terdapat 2 di dunia yaitu di Islandia dan di Kawah Ijen, Indonesia beruntung sekali yaa kita hidup di negeri tercinta ini.
Setelah 2 destinasi di atas yang telah aku kunjungi, malam ini… eh bukan, tepatnya pagi ini aku akan mengunjungi destinasi terakhirku di Kabupaten Banyuwangi ini yaitu Gunung Ijen atau Kawah Ijen. Dalam perjalanan kali ini aku akan ditemani oleh beberapa saudara saudara yang sangat baik hatinya ada Mas Fharul, Dek Jasmine, dan Dek Ferdi. Kami berempat akan bangun jam 1 dinihari untuk menuju Paltuding. Mengapa sepagi itu? Yaaa karena kami akan mengejar Blue Fire, apalagi itu Blue Fire?, yaa api berwarna birulah yang konon katanya hanya terdapat 2 di dunia yaitu di Islandia dan di Kawah Ijen, Indonesia beruntung sekali yaa kita hidup di negeri tercinta ini.
Aku pun terbangun pagi itu tapi
entah mengapa jam dinding menunjukkan jam 2 dinihari, padahal rencana awal akan
bangun jam 1 tapi kenapa alarm ini tidak berbunyi?, kebiasaan buruk kembali
terulang alarm aku matikan dan kembali tidur…ahhh dasar pemalas, aku pun
langsung bangun dan bergegas membangunkan saudaraku yang lain. Dengan perlahan
lahan karena takut membuat gaduh pagi itu kami bersiap siap menuju Paltuding
untuk memulai pendakian. Mesin mobil pun kami nyalakan dan segera bergerak
meninggalkan rumah. Baru keluar gang komplek, suara gluduk gluduk pun
terdengar, suara apa itu? ternyata ban mobil kami bocor, ahhhh siallll gumamku.
Mungkin ini karena 2 hari mobil ini aku ajak offroad di Baluran sampai Green
Bay, atau mungkin juga mobil ini mulai lelah. Mau tak mau akhirnya kami kembali
kerumah dan mengambil kunci mobil yang lain tanpa mengganti ban mobil yang
bocor tadi. Karena insiden ini kami kehilangan banyak waktu dan cukup
pesimistis untuk mengejar malam dan melihat blue fire.
Mobil pun kami pacu secepat mungkin
tapi karena jalan yang berkelak kelok dan menanjak, kami sampai di Paltuding
sudah hampir jam 4 pagi. Ahhhh kita sudah tak bisa lagi melihat Blue fire,
karena dari Pos Paltuding ini kita harus berjalan kaki menuju kawah Ijen selama
1,5 – 2 jam, tapi semua juga tergantung dari fisik masing masing. Di pos paltuding
biaya parkir mobil sebesar 10k dan 3k/orang. Sangat sangat murah kan
dibandingkan harga tiket masuk Dufan. Karena waktu yang tak lagi memungkinkan
target realistis kami hanyalah menikmati Sunrise di kawah ijen, sedikit ada
penyesalan karena aku tidak bisa melihat keindahan dari Blue Fire yang tersohor
itu namun tak apalah toh aku juga masih bisa menikmati keindahan alam raya di
Cagar Alam Ijen ini.
Kami pun segera melangkahkan kaki,
berbekal dengan senter kami mulai mengikuti jalur yang konstan menanjak dengan
kemiringan antara 30 – 45 derajat. Dengan kemiringan seperti itu cukup membuat
persendian kaki ngilu dan nafas pun ngos ngosan. Jalur sangat lebar namun
kalian harus tetap waspada agar tidak tergelincir karena trek berupa tanah
miring mulus yang padat apalagi jika berjalan pada pagi yang masih gelap. Aku
pun tertinggal di urutan paling belakang dibandingkan 3 saudaraku yang lain,
entah kenapa kali ini aku terasa lebih ngos ngosan atau mungkin karena efek
habis puasa sebulan dan puasa ngetrip juga, hahahaha.
Kurang lebih setengah jam kami tiba
di sebuah pos yang bernama Pondok Bunder. Menurut informasi pos ini merupakan
cek point untuk para penambang belerang, maksutnya disini adalah tempat dimana
para penambang bisa menimbang belerang yang mereka ambil dari kawah dan dinilai
berapa harga untuk belerang mereka itu. Walaupun pagi gelap itu di pos bunder
hanya menyisakan tempat gotongan belerang para penambang tapi aku sudah bisa
membayangkan betapa berat pekerjaan mereka ini. Belerang yang ada di pundak
mereka hampir 25 kg dan mereka harus menempuh jalur yang berat dari kawah
hingga turun ke Pos Paltuding. Dalam hati aku bersyukur karena datang kesini
sebagai wisatawan yang bisa menikmati alam yang luar biasa indah ini tapi dalam
hati yang terdalam juga tersirat kesedihan untuk para penambang ini, mengapa di
negeri yang kaya akan hasil alamnya ini kita masih harus bersusah payah seperti
ini hanya untuk dapat menyambung hidup setiap harinya. Kenapa di tanah mereka
sendiri yang sangat kaya, mereka tetap menjadi buruh angkut belerang. Sampai
kapan nasib mereka akan berubah? Kapan mereka akan merdeka dari semua ini?.
Tapi satu yang pasti bagaimanapun keadaan kita jika kita mampu untuk mensyukuri
semua maka hidup ini akan selalu berujung indah dan bahagia seperti senyuman
dari para penambang yang terkembang membalas sapaan dari kami para wisatawan.
Keranjang Belerang Bawaan Para Penambang |
Hiasan Dari Belerang |
Selepas pos bunder jalanan akan
kembali menanjak tetapi dengan vegetasi tanaman yang Nampak sudah mulai
berkurang. Tampak di bawah kelap kelip lampu kota Banyuwangi seperti bintang
yang berada di bawah kita. Sungguh pemandangan yang menakjubkan dan bisa
sedikit mengurangi rasa kelelahan kami. kurang lebih 20 menit dari pos bunder
jalur akan tampak semakin landai dan melipir di sebelah bukit. Ini pertanda kita
akan segera sampai di bibir kawah Ijen. Namun sebelum sampai di kawah cobalah
kalian menengok di sebelah kanan. Subhanallah, permadani awan bak menyambut
kedatangan kami dengan senyuman. Tampak disebelah kanan ada sebuah gunung indah
yang berwarna hijau namun informasi mengenai nama gunung itu yang tidak aku
temukan hingga saat ini.
Di kejauhan ada gunung yang tampak datar di puncaknya,
itu adalah Gunung Raung dengan kalderanya yang megah hingga dari kejauhan
gunung ini tampak terpenggal di atasnya. Lautan awan pagi itu tampak bergulung gulung dibawah kaki, kami tidak terbang tapi kami sanggup berjalan untuk berada di atas awan. Bukan kali pertama aku melihat gumpalan awan berada dibawah seperti ini tapi tetap saja rasa takjub dan syukur hinggap kembali ke dalam hati ini. Sungguh besar dan indah negeri ini kawan.
Berjalan kembali jalur akan semakin landai dengan pemandangan lepas di sisi kanan, kalian harus tetap berhati hati. kurang lebih berjalan 10 menit tak berapa lama kami akhirnya tiba di bibir kawah ijen. Tepat disini pun kami menikmati sunrise pagi itu. Sinar matahari pertama yang menyinari pulau jawa, ya inilah Sunrise Of Java itu kawan.
Gunung Raung Dari Kejauhan |
Gunung Yang Berselimut Awan |
Berjalan kembali jalur akan semakin landai dengan pemandangan lepas di sisi kanan, kalian harus tetap berhati hati. kurang lebih berjalan 10 menit tak berapa lama kami akhirnya tiba di bibir kawah ijen. Tepat disini pun kami menikmati sunrise pagi itu. Sinar matahari pertama yang menyinari pulau jawa, ya inilah Sunrise Of Java itu kawan.
Perasaan menyesal kembali datang
karena Blue Fire telah menghilang seiring dengan terbangunnya matahari pagi
itu. Kenapa harus ada insiden alarm hingga ban bocor, tak apalah pikirku.
Mungkin Yang Kuasa ingin aku kembali lagi suatu saat di tempat yang indah ini
dan bisa menyaksikan si Api Biru. Jika kita ingin melihat blue fire kita harus
menuju jalur turun ke kawah, karena posisi api biru ada persis di tengah
kepulan asap belerang tempat para penambang mengambil belerang. Namun ada hal
yang sedikit aneh menurutku walaupun sebelumnya aku belum pernah kesini. Jalur
turun ke kawah di tutup dengan portal dan ada seorang penjaga disana, kenapa
seperti itu? Usut punya usut saat ini jika kalian ingin melihat secara dekat
blue fire di kawah kalian harus menggunakan jasa guide yang telah stand by
disana, untuk biaya sendiri aku kurang tau. Namun yang jelas aku lebih setuju
karena lebih bisa mengurangi wisatawan yang turun karena memang turun ke kawah
adalah hal yang membahayakan terlebih jalur yang ekstrem, asap belerang yang
sangat pekat, dan suhu air kawah yang paling asam di dunia dengan suhu bisa
mencapai 200 derajat.
Sungguh pagi yang indah dengan
hembusan dingin angin, tampak dibawah kepulan asap belerang tampak tebal. Warna
hijau dari kawah ijen yang seakan menjadi pemanis spectrum warna jingga
matahari paagi itu. Tampak di belakang kami berdiri dengan kokoh dinding curam
gunung merapi yang sudah tak aktif. Keindahan itu tampak seakan seirama dengan
matahari yang semakin meninggi di atas cakrawala. Pemandangan yang sungguh
mempesona mata kita. Tenang dan nyaman setiap kali aku berada di ketinggian,
perasaan inilah yang selalu membawa kakiku untuk terus melangkah menggapai
tanah tanah tertinggi di negeri ini.
Jika kalian lebih ingin menikmati suasana yang epic dan mempesona alangkah baiknya kalian datang pada pagi hari. Karena pagi hari adalah waktu yang tepat untuk menikmati semua suasana di gunung karena pada saat itu kemungkinanan besar kabut belum ada dan cuaca juga sedang bagus bagusnya.
Satu kata terakhir untuk kita semua yang cinta akan travelling mohon untuk lebih memaknai kata "Take nothing but pictures leave nothing but footprints, kill nothing but time." saya yakin semua Destinasi Wisata akan terjaga kelestariannya, Salam Bebas Poliooo… woyooooooooooo.
4 komentar
Bulan lalu aku jalan ke Ijen bertiga, cewek semua. Niatnya sih mau ngejar bluefire, kita udah turun juga. Cuma setengah jalan menuju dasar itu kita nyerah karena asap belerangnya yang berasa nyolok mata -____-
ReplyDeleteTapi keliatan sih bluefirenya yang cuma ada 3 titik, hehehe. Dan itu adalah jalur turun terparah yang aku rasain! Paginya sunrise disana cantiiik banget. Warna merah-pink-ungu dipadu sama gunung Raung yang lagi ngeluarin asap :)
Ewooo super sekali cuman cew bertiga dateng ke ujung timur jawa lagi.. Hahaha, tapi sayang gak mampir kawah wurung. Padahal tempat itu juga top
DeleteLhoooo....harus ke sana lagi, Mas, buat liat langsung blue fire-nya. Romantis romantis gimana gitu. Suer... Hehehehe...
ReplyDeleteUdah kesana lagi sebulan lalu, itupun kesiangan gegara adeku nafasnya engap. Ilang deh blue firenya {--___--}
Delete