Berjarak sekitar 4 jam perjalanan dari Kota Banjarmasin terdapat sebuah desa kecil bernama Loksado tepatnya di Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Desa yang berada di antara Pegunungan Meratus diantara lebat hutan hujan Kalimantan disini juga tinggal Suku Dayak Meratus dengan segala tradisi yang masih terjaga hingga kini.
Setelah sekian lama tak berkunjung
ke Borneo akhirnya aku bisa kembali ke Banjarmasin lagi. Tapi kali ini dengan
cerita yang sedikit berbeda, kenapa? Karena aku datang setelah mendapatkan
kabar duka jika Pakdhe disana telah tiada. Sungguh tak menyangka akan berita
duka ini, namun apa daya kali ini aku datang ke Bumi Borneo dengan perasaan
sedih yang begitu mendalam. Salah satu anggota keluarga terbaik telah kembali
pulang ke panggkuan Yang Maha Esa. Semua keluarga yang ada di Banjarmasin pun
berkumpul dirumah Pakdhe, tak terkecuali saudara jauh yang tinggal di
Kalimantan. Dari sini pun aku bisa bertemu dengan keluarga yang belum pernah
aku temui sebelumnya.
Disini pun aku berkenalan dengan
salah satu saudara yang tinggal di daerah yang bernama Kandangan. Ternyata beliau
ini adalah kepala dinas pariwisata di Kabupaten Kandangan. Demi menghilangkan
rasa duka beliau ini terus bercerita akan kawasan kandangan, keindahan yang ada
disana dan yang paling beliau banggakan adalah Bamboo Rafting Loksado. Mendengar
semua cerita itu semangat travelling pun kembali hadir menghilangkan duka yang
sebelumnya ada.
Sebelumnya tak sempat terpikir
dengan sebuah tempat bernama Loksado apalagi dengan pelosok hutan di Kalimantan
yang ditinggali dengan Suku Dayak, semua gambaran tentang itu biasanya hanya
aku lihat di tayangan televisi saja. Sudah beberapa kali juga aku mengunjungi
Pulau Kalimantan tepatnya di Kota Banjarmasin dan disana aku biasanya melihat
sungai sungai yang besar, lahan gambut, dan sebuah pasar perhiasan di
Martapura. Sudah mentok hanya sebatas itu saja aku mengenal Provinsi Kalimantan
Selatan ini.
Dan setelah racun racun akan
Loksado ini, akhirnya aku beserta keluarga pun sampai di Kota Kandangan. Sebuah
kota kecil di jantung provinsi Kalimantan Selatan yang terkenal akan
ketupatnya. Bahkan sampai dibuatkan tugu ketupat besar sebelum kami memasuki
jantung kota. Warung ketupat kandangan pun tersebar disepanjang jalan,
penasaran juga akan cita rasanya tak disangka pada saat berkunjung di rumah
saudara kami pun disuguhi dengan ketupat kandangan asli. Ketupatnya berbentuk
kecil dibandingkan ukuran ketupat lainnya. Disajikan dengan ikan haruan bakar
bumbu santan. Ahhh, sungguh nikmat sajian satu ini membuat kami nambah dan
nambah. Ada satu lagi yang khas dari Kandangan yaitu dodol kandangan, cocok
kalian bawa untuk oleh oleh.
Dari kandangan ini perjalanan kita
menuju Loksado dimulai. Untuk menuju Loksado biasanya menggunakan kendaraan
pribadi karena angkutan umum untuk menuju kesana belum ada. Karena memang
tempatnya yang masih sangat pelosok di tengah pegunungan meratus. Jalan menuju
kesana sudah sangat baik karena memang dinas pariwisata kandangan sedang
intensif untuk lebih mengembangkan potensi wisata loksado ini. Menurut cerita
dahulu sebelum jalan ini dibuka dibutuhkan waktu hingga 2 hari berjalan kaki untuk
mencapai Loksado. Sepanjang perjalanan kita dapat menikmati panorama Pegunungan
Meratus. Puncak halau halau juga terlihat dari kejauhan, puncak tanah tertinggi
yang bisa kita daki di pegunungan meratus ini menjulang dengan tinggi 1901 mdpl.
Suatu saat aku akan berdiri disana gumamku, aminnnn. Namun ada yang berbeda
dari deretan pegunungan ini yaitu hawanya yang panas berbeda dengan pegunungan
yang ada di Pulau Jawa dengan hawanya yang sejuk.
Sekitar 60 menit dari Kandangan
kita akhirnya tiba di Loksado. Deras sungai amandit langsung menyapa kehadiran
kami. anak anak suku dayak tampak bersenang senang dengan melompat di pinggiran
sungai amandit ini, tampak juga para warga dayak menggotong beberapa bambu yang
telah mongering ke pinggir sungai dan langsung merajutnya hinnga menjadi sebuah
perahu rakit panjang. merakitnya pun mereka menggunakan tali yang terbuat dari bambu,
go green sekali ya.
Simpul Ikatan Bambu |
Anak Anak Dayak Meratus |
Di tepian sungai amandit inilah
awal dari perjalanan bamboo rafting kami. Sekilas rafting ini akan mengerikan
dengan jeram jeramnya. Tapi sang pemandu meyakinkan bahwa semua akan aman
walaupun kami rafting tanpa life jacket sekalipun. Karena itupun Ayah dan Ibu
pun tertarik untuk mencoba bamboo rafting ini. Satu rakit diberi seharga 250k dan
bisa menampung 2 orang dengan 1 orang pengemudi tapi hal ini juga tergantung
dengan keadaan sungai sendiri karena jika arus sedang deras maka rakit yang
digunakan juga semakin besar dengan kapasitas hingga 5 orang. Akhirnya kamipun
menggunakan 3 rakit untuk 6 orang.
Belum juga rakit digerakkan kami
sudah bernarsis ria di atas rakit bamboo ini, tak apalah kapan lagi bisa
mengabadikan momen wisata keluarga seperti ini. Awal perjalanan kami pun
langsung disambut oleh jeram jeram diantara perkampungan dayak meratus. Jeram pembuka
yang lumayan lahhhh. Gluduk gluduk begitulah suaranya ketika bambu bertabrakan
dengan batu batu besar yang membentuk jeram jeram ini. Agak takut juga pegang
kamera di atas rakit ini.
Balanting paring adalah nama lain
dari bamboo rafting ini. Dalam bahasa Banjar, lanting paring digunakan untuk
menyebut sebuah rakit bambu, yang terdiri dari 16-20 batang bambu dengan
panjang lebih dari 6 meter. Batang-batang bambu itu disatukan secara sejajar
dan diikat dengan tali. Rakit bambu ini bisa dinaiki sampai 5 orang penumpang
ditambah seorang “Joki”, yang berfungsi mengendalikan arah dan tujuan rakit
bambu itu.
Joki yang berdiri di bagian depan
rakit memegang peranan sangat penting. Sambil memegang galah sepanjang kurang
lebih 3 meter, sang Joki berusaha keras mengendalikan laju rakit agar bisa
melintasi jeram dengan selamat. Terkadang joki sampai harus melompat ke sungai
agar ujung rakit bisa bermanuver di sela-sela batu. Bahkan terkadang pula joki
seperti terangkat naik karena menekan ujung galah yang terkena batu.
Bukan hanya jeram yang bisa kita
nikmati disini tetapi juga beragam pemandangan yang terhampar di sepanjang
sungai amandit. Bukit bukit yang tersebar menambah menarik perjalanan kami di
atas rakit, kami juga bisa melihat aktifitas warga dayak meratus di
perkampungan pinggir sungai. Ataupun ladang berpindah khas suku dayak. Di
samping itu kami pun bisa melihat beragam vegetasi yang tumbuh di sepanjang
aliran Sungai Amandit yang membelah hutan hujan borneo. Ada yang menarik dari
daerah ini yaitu adanya Anggrek khas Kalimantan yang sayangnya belum sempat
kami saksikan saat itu. 25 % dari semua jenis anggrek yang ada bisa kita
temukan di daerah Loksado ini terutama di pegunungan meratus.
Ditengah menyusuri sungai amandit
ini kami juga 2 kali beristirahat. Karena panjangnya medan dan banyaknya jeram
yang terhampar. Melihat joki yang mulai tampak kepayahan kami meminta untuk
istirahat sembari foto foto dan membuka bekal jajanan yang kami bawa. Disetiap istirahat
ini para joki selalu mengecek kondisi rakit rakit kami, dan ternyata kondisi
rakit saya ada beberapa bilah bambu yang pecah. Setelah saya Tanya karena satu
rakit ini menggunakan bambu yang sudah terlalu tua.
3 jam kami arungi sungai amandit
ini hingga akhirnya sampai di dermaga pemberhentian. Wajah wajah senang tampak
dari semua keluargaku tapi pasti lelah juga yang mereka rasakan. Apalagi wajah
dan lenganku yang tampak terbakar sinar matahari selama 3 jam, aku lupa tak
membawa sunblock..hahahaha.
Setelah berbasah basah ria sih pengennya langsung bilas badan dan ganti pakaian kering. Eh ternyata di spot terakhir ini tidak ada toilet untuk berganti pakaian, kamipun bingung dibuatnya. Inilah satu dari beberapa kekurangan di wisata bamboo rafting Loksado. Kalo boleh saya bicarakan disini ada beberapa nilai minus dari rafting ini, yahh semoga bisa dibaca oleh penduduk sekitar maupun pemerintah setempat.
- Sungai amandit di beberapa sudut tampak kotor dengan sampah entah dari pengunjung atau penduduk tapi dari sini saya berharap semua orang yang terlibat di loksado bisa lebih untuk menghargai alam.
- Tidak adanya tempat istirahat di tengah perjalanan yang representatif. Hal ini dirasa perlu karena jarak tempuh yang lumayan panjang dan melelahkan.
- Starting point rafting yang kurang tertata rapid an kotor.
- Tidak adanya tempat bilas dan toilet di tempat pemberhentian.
- Tidak adanya transportasi jemputan di tempat pemberhentian untuk kembali ke starting point. Jika kita tidak membawa sopir akan sangat repot sekali dengan hal ini.
Menurut saya semua permasalahan
diatas itu bisa diatasi jika ada suatu operator professional yang mengelola
wisata rafting ini bisa contohlah tempat rafting di Pulau jawa yang sebagian
besar sudah tertata rapi. Masalahnya saat ini masih dikelola masyarakat sekitar
dan rafting pun dikelola dengan perorangan pemilik rakit, inilah kekurangannya.
Semua point diatas sebenarnya telah aku sampaikan ke saudara selaku pimpinan
dinas pariwisata disana, dan beliau bertekad untuk memperbaiki kekurangan itu
dan lebih mempromosikan Loksado. Semoga….
Lanjut cerita lagi, akhirnya dengan
terpaksa kami duduk di mobil dengan badan basah beralas plastic agar jok mobil
tidak ikut basah. Tujuan kami selanjutnya adalah Tanuhi, yaitu tempat wisata
air panas dengan beberapa cottage yang bisa disewa. Untung kami datang dengan
kepala pariwisata daerah sini, maka dari itu kami bisa bebas masuk cottage
untuk sekedar mandi dan berganti pakaian kering. Cottage disini bisa kalian sewa
permalam dengan rate 250/k kapasitas 2 orang, cukup recommended bagi kalian
yang ingin menikmati malam di pelosok borneo.
Setelah badan bersih dan kering
kami pun segera meluncur turun ke kandangan lalu kembali ke Banjarmasin. Di dalam
perjalanan aku pun bergumam, semoga bumi Kalimantan ini tetap hijau dan dunia tetap
bisa merasakan oksigen yang dihasilkan dari pulau ini. Semoga borneo tetaplah
menjadi permata hijau khatulistiwa, aminnnn.
4 komentar
wiiih. makasih infonya, gan. rafting emg nyenengin hati
ReplyDeleteSama sama mas, terima kasih sudah meninggalkan jejak dimari :D
DeleteMas, ada kontak yang bisa dihubungi kah kalau pengen nyoba rafting ini? Terimakasih banyak ya dan salam kenal ;)
ReplyDeleteMaaf mbak, kontaknya sudah hilang..mungkin bisa datang langsung ke Loksadonya untuk mencoba Balanting Paring ini :)
Delete