Gunung ini yang sebenarnya bernama cereme ini sering salah kaprah disebut Gunung Ciremai yang berada di perbatasan 3 kabupaten di Jawa Barat yaitu Kuningan, Cirebon dan Majalengka. Memiliki ketinggian 3078 mdpl yang merupakan tanah tertinggi di Jawa barat. ada 3 jalur pendakian resmi untuk dapat mencapai puncak tertingginya melalui jalur Linggarjati, Palutungan dan Apuy.
Video pendek hasil dari pendakian Ciremai ini, semoga bisa memvisualisasikan keindahan dengan baik daripada hanya sekedar foto yang diam.
Setelah hampir 2 tahun aku merantau
di Ibukota dan hampir selalu mendaki gunung gunung di Jawa Barat akhirnya aku
kesampaian juga mengunjungi Gunung Ciremai. Kenapa baru kali ini aku ke
Ciremai? Karena pada awalnya aku berpikiran jika gunung yang berlokasi di dekat
Cirebon ini jauh dan memakan waktu lama untuk transportasi apalagi dengan jalur
panturan yang tak kunjung selesai dengan borok boroknya. Namun semua persepsi
itu semakin luntur seiring banyaknya aku browsing di internet bahwa ada satu
jalur yang tak perlu melalui Jalur Pantura melainkan hanya melalui bandung. Jalur
ini melalui Majalengka di desa Apuy, Dan aku pun mengukur jarak antara Jakarta ke
Jalur ini tak lebih jauh dari Jakarta ke Garut yang sudah berkali kali aku
lalui. Berpatokan akan jarak dan kemudahan transportasi kesana aku pun bertekad
untuk menjejakkan kaki di tanah tertinggi di jawa barat ini.
Singkat cerita akupun mengumpulkan pasukan bebas
polio untuk pendakian kali ini biar terasa lebih rame dan murah patungannya.
Kami mengambil jalur dari Jakarta ke Bandung dengan menggunakan bis dari
Kampung rambutan. Setibanya di Leuwi Panjang kami berganti angkutan elf tujuan cikijing.
FYI, harga elf ini bisa berubah ubah tergantung cara menawar, saat itu kita
mendapatkan harga 30k/orang sedikit kena getok sih dan sang sopir pun sedikit
jual mahal. Apa boleh buat untuk menghemat waktu kami iyakan saja harga
tersebut.
Tak begitu jauh sebenarnya jarak
bandung ke Majalengka, hanya perlu 2 jam saja itu kalau tidak macet lho ya. Kondisi
elf sebenarnya baik dengan performa mesin yang gahar bagaimana tidak speedo
menunjukkan angka tetap 80 km/jam, namun yang mengenaskan adalah kondisi tempat
duduk penumpang yang sangat berdesakan. Elf dengan muatan maksimal untuk 15
orang disulap sampai muat 20 orang lebih, kami di dalam elf sudah seperti ikan
pindang yang berjejer di dalam pemanas. Sangat sempit, bergerak pun susah
apalagi aku duduk disamping mesin elf..panasss mamennnn. Sampe aku pun mual
mual, aku pejamkan mata saja agar isi perut ini tak keluar, bisa gempar nanti
seluruh penumpang elf..hahaha.
Hampir 2 jam akhirnya kita sampai
juga di terminal maja. Sebuah kecamatan kecil di kabupaten Majalengka yang
berada di kaki Gunung Ciremai. Dari sini kita oper lagi dengan pick up yang
sebelumnya sudah kami sewa. Jarak gerbang pendakian dari terminal maja masih 15
km, masih jauh mennnn. Disini terdapat pasar dan minimarket untuk melengkapi logistik
pendakian yang kurang. Jalur menuju Gerbang pendakian sudah cukup baik, jalur
naik turun lembahan dan melewati perkampungan kecil sepanjang jalur. Dalam
perjalanan kita sudah bisa melihat begitu megahnya Gunung Ciremai ini.
Puncaknya tampak sangat tinggi, dalam hati aku berkata besok aku pasti
mengibarkan bendera di puncak Ciremai, tapi sebelum itu aku melihat kemiringan
badan Ciremai dan aku pun membayangkan jalur yang akan kami lalui nanti.
Sial bagi kami saat itu, karena
pick up harus berhenti di tengah jalan karena jalur menuju pos 1 sedang
dilakukan perbaikan. Kita akhirnya harus jalan sekitar 1 km hampir 15 menit
dengan kemiringan curam dan bikin engap, pemanasan yang lumayan pikirku. Akhirnya
kami tiba di Pos 1 pintu pendakian Apuy. Disini kita melakukan registrasi
dengan biaya 20k/orang, air bersih terakhir hanya ada di pos ini karena selama
pendakian tidak sumber air lagi. Keadaan Pos 1 ini tampak terawat dengan baik,
ada Mushola, MCK, dan beberapa warung. Informasi mengenai jalur pendakian pun
semua ada di Pos ini.
Setelah memberi sedikit asupan pada
perut akhirnya tepat pada pukul 10 kami benar benar melangkah mendaki Gunung
Ciremai. Trek awal dari pos 1 masih landai dengan beberapa plang peringatan dan
peraturan pendakian. Saya sarankan agar membawa masker jika keadaan sedang
kemarau panjang seperti ini jalur menjadi sangat berdebu. Jalur landai seperti
ini asik untuk dijadikan pemanasan sebelum menemui jalur ciremai yang
sesungguhnya. Tapi tetap saja yang namanya pendaki polio ya harus melakukan
peregangan otot dulu walaupun jalur masih landai landai saja, hahahaha.
Tak butuh waktu lama sekitar 30
menit kita telah sampai di Pos 2 Berod. Pos ini cukup lebar dan cukup nyaman
untuk dijadikan tempat beristirahat. Tak berlama lama kami pun langsung tancap,
ehh sebelum ngegas kami dicegat oleh seorang penjaga Taman Nasional. Sebut saja
beliau ini bunga. Beliau berkata, “Kalian hati hati ya dalam pendakian nanti,
jangan ada yang berpencar karena berbahaya.. takutnya ada apa apa” dan yang
paling penting katanya adalah “Jangan kencing di dalam botol, kalau kebelet ya
langsung saja di tanah sekalian bisa jadi pupuk amoniak buat tanaman”,
hahahaha.. pernyataan terakhir yang cukup lucu. Kenapa harus bilang kencing di
botol? Kita sebagai pecinta alam kan seharusnya sudah tau kode etik seperti
itu, tak perlu dibilang juga kami sudah tau akan hal itu, tapi ya entahlah kami
hanya berkata “mengerti pak, siap dilaksanakan”.
Hanya 20 meteran dari pos 2 ini
jalur sebenarnya akhirnya menampakan perwujudannya., mulai menanjak hebat
diantara akar akar pohon. Sekilas jalur ini Nampak seperti de javu jalur Gunung
Gede via putri sebelum dibangun jalur semen cor.Awal sih kami masih kuat dan
melahap habis jalur ini. Namun 20 menit berselang terdengar kata “Breakkkk”,
dan kami pun langsung tergeletak di tengah jalur.
Sembari mengumpulkan tenaga kami
melihat beberapa pendaki yang turun, ehh sebenarnya sih bukan pendaki ya. Style
mereka bisa dikatakan anak sekolahan yang menghabiskan waktu di gunung. Dengan sepatu
kets converse, sepatu sekolah, tenda unyu yang dijual dipinggir jalan, tikar, membawa
tongkat pramuka, wajan, panci, yang mereka gantungkan di tas laptop mereka
bahkan ada yang memakai HELM saat mendaki, gilaaaa..baru pertama ke gunung
lihat seperti ini. Banyak sekali anak sekolahan seperti ini turun gunung. Aku pun
sempat bertanya kepada mereka “Dek, di atas ada konser JKT 48 ya??”, mereka
hanya bisa tertawa dan tak membalas pertanyaanku. Kami bahkan sempat berpikir
jika di daerah Majalengka ini ada pelajaran mendaki gunung yang harus dipatuhi
semua murid, hahahaha siapa tau?. Tapi aku miris melihat style mereka ini
karena mendaki gunung bukan kegiatan main main, butuh alat keselamatan dan
pengalaman di tengah hutan belantara seperti ini agar mereka semua bisa
survive. Ahhh masa bodo lah dengan semua itu, Para penjaga Taman Nasional pun
tetap saja memberi izin mendaki bagi para pendaki “Newbie” seperti itu, dan
kamipun hanya bisa tertawa tawa lucu melihat semua itu.
Jarak pos 2 ke pos 3 merupakan
jalur terpanjang di Apuy. Setiap kali yang Nampak hanya tanjakan dan tanjakan
yang tiada berakhir. Tapi disepanjang jalur ini banyak ditemui beberapa titik
dengan tanah datar yang bisa dijadikan untuk mendirikan tenda dalam keadaan
darurat. Kami pun begitu melihat tanah datar atau kayu yang bisa dibuat duduk
manja pasti kami berhenti dan menikmatinya. Mendaki bukan tentang puncak yang
kita kejar tapi bagaimana proses dalam perjalanannya karena itu yang lebih kami
nikmati.
Hampir jam 2 kami akhirnya tiba di
Pos 3 Tegal Masawa. Pos datar yang bisa menampung beberapa tenda, banyak
pendaki beristirahat disini. Tak membuang banyak waktu kami melanjutkan
kembali. Trek tetap menyajikan tanjakan yang tak berujung namun lebih banyak
batang pohon yang bisa kami jadikan tempat duduk, hahaha. Kabut pekat pun mulai
sering mendekap langkah kita, kadang hilang kadang muncul kembali. Tanda tanda
alam yang kurang bersahabat nampaknya, tapi aku tetap berharap agar hujan tidak
turun saat itu.
1 jam kemudian kami tiba di Pos 4
Tegal Jamuju. Kami hanya melewati pos ini dengan cepat karena mendung yang
semakin gelap. Membayangkan berjalan di trek menanjak seperti ini akan sangat
menyulitkan. Rintik rintik air pun berjatuhan dari langit, semakin cepat
langkah kami. tapi apa daya akhirnya hujan pun turun dengan derasnya. Raincoat kami
keluarkan dari keril dan akupun memakai dobel perlindungan dari payung dan
raincoat made in indomart seharga 5k saja.
Jalur pun berubah menjadi kubangan
air yang sangat licin kami harus berhati hati dalam melangkah. Tak ambil resiko
kamipun berhenti dan membentangkan flysheet di samping jalur dan menunggu hujan
reda. Cukup lama kami menunggu sampai setengah jam, dan akhirnya hujan pun
reda. Kamipun kembali melangkah namun kali ini dengan sedikit rasa was was
terpeleset karena jalur berubah licin sehabis hujan. Tak beberapa lama kami
akhirnya tiba di Pos 5 sanghyang rangkah.
Sedikit berdiskusi apakah kita akan
lanjut ke pos 6 atau membuka tenda saja di pos 5. Sempat kebingungan karena
kami belum ada yang pernah kesini, namun setelah bertanya dari pendaki lain
yang menyatakan “Pos 6 masih jauh banget mas, jalurnya nanjak abis” mendengar
ucapan itu akhirnya nyali pun ciut. Kami mencari lahan datar sebelum pos 5
karena di pos sudah full dengan tenda. Kami pun mendapatkan spot datar walaupun
agak terpencil dan sangat sempit tapi biarlah asal kami bisa beristirahat
sebelum melanjutkan perjalanan esok hari. Kegiatan kami kurang begitu bebas
di tempat miring dan sempit seperti ini. Masak memasak juga di tempat kurang
strategis dan agak miring, tapi tak apalah yang penting kami bisa tersenyum
bersama menikmati ini semua J
Suara alarm cukup berisik pagi itu,
masih jam 3. Tapi apa boleh buat kami harus bangun bersiap dan meneruskan
perjalanan. Tepat pukul 4 subuh kami melanjutkan perjalanan. Setelah melewati
pos 5 vegetasi di sekitar jalur tampak mulai terbuka. Tak banyak yang bisa aku
ceritakan dalam gelap ini, hanya gemerlap lampu kota majalengka yang menemani langkah
kami pagi itu.
Matahari pagi pun tampak
menampakkan sinarnya, tapi kami masih di perjalanan gagal menikmati sapa sang
surya di puncak Ciremai. Kami masih dipertigaan jalur Apuy dan Palutungan. Menengok
ke atas puncak sudah Nampak tapi masih cukup jauh, Pos 6 Goa wallet pun belum Nampak.
Yang bisa saya katakan saat summit attack ini adalah “Nanjak Abis” tak ada
tanah datar sedikitpun. Jalur ke puncak ini beruba batuan sisa sisa letusan
ciremai pada masa lalu. Tampak banyak batu seperti leleran lava yang telah
membeku. Kita harus hati hati dalam melangkah naik.
Pukul 6 kami tiba di Pos 6 Goa
Walet. Tampak di bawah di depan Goa sudah tampak penuh dengan tenda bahkan di
sekitar jalur pun banyak sekali tenda tenda, padahal keadaan tanah yang miring
dan full berbatu. Membayangkan tidur di dalam tenda seperti ini pasti tak
nyaman. Dari sini puncak dapat kita tempuh dalam 30 menit saja namun dengan
jalur yang lebih sempit dan lebih menanjak. Kami tetap berhati hati. Denyut jantung
semakin memburu dan kaki pun mulai lemas butuh asupan kembali, hehehehe.
Alon alon asal kelakon akhirnya aku pun sampai di puncak tertinggi Jawa Barat. Matahari yang tampak meninggi pun memberi salam kehangatannya. Kawah ciremai yang sangat curam pun dapat kami jumpai dengan asap belerang yang mengepul di tengahnya. Melihat jauh kebawah tampak gulungan awan nan indah. Kami ada di atas awan bukan dengan sayap ataupun pesawat tapi hanya dengan langkah kaki.
Akhirnya Pucuk |
Kita harus berhati hati saat di puncak Ciremai ini karena bibir kawah yang sangat curam dan kita rawan untuk jatuh. Kalo ingin narsis tetap ingat safety first kawan. Nampak jelas bekas letusan mengerikan ciremai masa lalu yang meninggalkan kawah besar seperti ini. Di puncak seperti ini kami selalu mensyukuri semuanya. Setelah perjalanan panjang kami akhirnya bisa berdiri di tanah tertinggi di Jawa Barat.
Banyak pengalaman yang aku dapatkan
ketika melakukan pendakian gunung. Ada satu yang menarik tentang gunung ciremai
ini. Seperti yang diutarakan sang penjaga pos 2 TN.Ciremai kalau kita tidak
boleh kencing di dalam botol, sesuatu yang bodoh bukan? Tapi baru di Ciremai
ini aku menemui banyak sekali botol botol berisi air kencing, sungguh miris
melihatnya. Ulah siapa ini? Kenapa kencing harus di botol? Bikin kotor gunung
saja. Bahkan bagi para pemulung sampah di gunung pun tampak enggak mengambil
botol berisi teh ini,, hihhhh jijik men. Sempat masuk media massa juga ada
seorang pertapa gunung gunung jawa menyebut Ciremai sebagai gunung paling kotor
di Pulau Jawa.
Terbang Bersama Balon |
Usut punya usut dan cerita akhirnya
akupun mengerti kenapa bisa seperti ini. Konon ceritanya bagi masyarakat
sekitar Gunung Ciremai ini adalah gunung yang suci, para pendaki khususnya
kalangan yang meyakini hal tersebut pun ikut menjaga tradisi itu. Sehingga mereka
pun enggak membuang kotoran di tempat suci seperti ciremai bahkan mereka pun
takut untuk mengotori tanah ciremai dengan kencing mereka maka dari itu mereka
kencing di botol dan yang tak bakal menyentuh tanah suci Ciremai. Okee, bagi
kalian para pembaca yang berpikir real tentunya sudah paham mana yang lebih
baik kencing di botol ataukah kencing di langsung di tanah.
“Don’t leave anithyng but footprint, don’t take anithyng but picture” sebuah rangkaian kata yang sangat bermakna, Tourism meningkat pesat di suatu Destinasi Wisata punya berbagai efek baik positif maupun negatif, apalagi sekarang dengan boomingnya sosial media membuat suatu destinasi yg tadinya tidak terjamah jadi dikenal. Efek Negatif dari boomingnya Destinasi Wisata bisa rusaknya alam, hancurnya habitat, pembangunan yg mungkin merusak lingkungan. Tetapi efek positifnya dari boomingnya suatu Destinasi Wisata membuat banyak orang punya pekerjaan, orang lokal lebih menghargai daerahnya & SDM menjadi meningkat. Banyak saya lihat alam yang rusak dikarenakan Masyarakat Lokal yang menebangi hutan & mengambil satwa yg dijual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, jika mereka hidup dari pariwisata pastinya mereka akan menjaga dan melestarikan tempat tersebut.
Satu kata terakhir untuk kita semua yang cinta akan travelling mohon untuk lebih memaknai kata "Take nothing but pictures leave nothing but footprints, kill nothing but time." saya yakin semua Destinasi Wisata akan terjaga kelestariannya, Salam Bebas Poliooo… woyooooooooooo.
“Don’t leave anithyng but footprint, don’t take anithyng but picture” sebuah rangkaian kata yang sangat bermakna, Tourism meningkat pesat di suatu Destinasi Wisata punya berbagai efek baik positif maupun negatif, apalagi sekarang dengan boomingnya sosial media membuat suatu destinasi yg tadinya tidak terjamah jadi dikenal. Efek Negatif dari boomingnya Destinasi Wisata bisa rusaknya alam, hancurnya habitat, pembangunan yg mungkin merusak lingkungan. Tetapi efek positifnya dari boomingnya suatu Destinasi Wisata membuat banyak orang punya pekerjaan, orang lokal lebih menghargai daerahnya & SDM menjadi meningkat. Banyak saya lihat alam yang rusak dikarenakan Masyarakat Lokal yang menebangi hutan & mengambil satwa yg dijual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, jika mereka hidup dari pariwisata pastinya mereka akan menjaga dan melestarikan tempat tersebut.
Satu kata terakhir untuk kita semua yang cinta akan travelling mohon untuk lebih memaknai kata "Take nothing but pictures leave nothing but footprints, kill nothing but time." saya yakin semua Destinasi Wisata akan terjaga kelestariannya, Salam Bebas Poliooo… woyooooooooooo.
27 komentar
Very Nice view.. OK
ReplyDeleteKalau mampir ke sini, sering-seringlah bershalawat, Pet!!! Disusul elus-elus layar hengpong dan meng-Aamiin-i dalam hati. Rumus ustdz Yusuf Mansur haha
ReplyDeleteSukses deh bikin mupeng -_____-"
Mending masih shalawat, daripada di sholatin :p, yang rajin mampir sini yaaa
DeleteSering-sering dishare via twitter dong, Oom. Jadinya bisa tau ada tulisan baru. Ya kalau bisa juga cc-in ke akun-akun gunung sama share ke facebook juga, biar enggak sepi gini. Sayang soalnya, tulisannya agak bagus :p dan gambarnya bikin mupeng beneran. Sekedar saran sih, selebihnya sesuai selera penulis aja. Da aku mah apa atuh, cuma blogwalker di tengah kesendirian aja :D
DeleteWell noted deh, karena kesibukan agak kurang diperhatikan. Tapi yang nyesek tuh kata "agak bagus" -_____-". Btw jangan nengok2 juga dong di akun youtube ane, siapa tau makin jadi racun.
DeleteKata nya yg perna gw denger, banyak misteri yg menyelimuti gunung ini yaaa. Kakak nya temen gw ilang 6 hari tak ditemukan padahal dah disisir dan tiba2 muncul sendiri :-(
ReplyDeleteSemua gunung tempatnya semua misteri, tergantung kita menyikapinya seperti apa. Waktu kesini sih happy2 aja tanpa ada kejadian misteri sama sekali.
Deletenaik gunung okeh..tapi jangan lupakan sholat..banyak pendaki memuji keindahan alam..tapi melupakan kepa Sang pembuatnya ..Allah SWT
ReplyDeletemanusia pemimpin d muka bumi ini..pemimpin terhadap semua makhluk yang ada..yg kelihatan maupun yg kagak..masak pemimpin takut sama bawahan? kita punya Allah sebagai pelindung ..
ReplyDeleteWell note :)
DeleteMasuk kedalam daftar untuk didaki suatu saat :)
ReplyDeleteJangan suatu saat.. tapi SEKARANG !!!
DeleteYa kali gue langsung loncat kesana bang
DeleteNice view...
ReplyDeleteThanks :)
DeletePengen ke gn. Ciremai tapi kyknya eike kaga kuat klo sumber airnya sedikitt.... hik...hik..hikk...
ReplyDeleteMemang di Ciremai harus pintar pintar mengatur persediaan air yang kita bawa :D
DeleteWahh sedih baca nih blog.. Gw baru balik dari ciremai bang tapi ga sampe puncak:') Persediaan air abis, kepala pusing saking panasnya padal sebentar lagi sampe goa wallet, cuma ga mau ikutin ego sampe puncak takut kita kenapa napa.. Dan akhirnya kita balik ke tenda di arban via palutungan.. Dari persimpangan apuy dan palutungan treknya gokil..Nanjjak terussss😂
ReplyDeleteIya mbak, naik gunung itu bukan hanya puncak yang kita tuju, tapi bagaimana kita memaknai pendakian itu sendiri..eaaaaaa. Tapi kapan kapan dicoba lagi mbak, Ciremai tak akan lari dikejar.
DeleteSempet takut dan ngeri denger dan baca cerita yang beredar meskipun temen juga aman-aman aja muncak ke Cereme. Baca ini jadi netral lagi :))
ReplyDeletePulangnya lewat jalur mana mas? Apuy lagi?
Pulangnya lewat jalur apuy lagi... ngeri itu masalah apa? Setan? haha, setan takut deket deket
DeletePasti naik elf "buhe jaya" dari leuwipanjang nya.hihihihi....
ReplyDeleteMenariknya majalengka.
Pasti naik elf "buhe jaya" dari leuwipanjang nya.hihihihi....
ReplyDeleteMenariknya majalengka.
Kok tau mbak? haha, elf legendaris tuh
Deletemau tanya ada trip nya gk?
ReplyDeleteSepertinya banyak travel open trip gitu yaa... tapi kurang tau juga
DeleteInfo nya lengkap banget gan, saya sudah pernah melakukan pendakian gunung Ciremai via Linggarjati insya allah bulan September mau ikut opntrip pendakian gunung Ciremai via Apuy. TKS info
ReplyDelete