Kurebahkan badan di bebatuan putih kapur ini, sambil kugerakkan kaki diantara air panas yang muncul. Sejauh mata memandang hanyalah persawahan hijau yang subur. Hening, damai dan tanpa keramaian adalah gambaran yang tepat untuk menggambarkan keadaan saat itu. Tak disangka ada tempat seperti ini di Bogor, tepatnya di Ciseeng. Pemandian air panas alami Gunung Peyek.
Tersembunyi itulah kata yang tepat
jika kalian ingin tahu dimana tempat ini. Karena air panas ini belum di
publikasi, jalan menuju kesana yang bisa saya katakan agak susah dan hanya
penduduk lokal saja yang mengetahuinya.
Ide ini berawal dari kawan saya
cici yang tertarik karena ada salah satu blog yang mengulas keindahan sumber
air panas yang terletak tidak jauh dari pemandian Tirta Sanita. Entah karena
jiwa petualang yang membara, kamipun segera berangkat tanpa sebuah petunjuk
yang jelas. Nama tempatnya pun kami tak tahu, hanya pemandian Tirta Sanita
Ciseeng yang menjadi patokan.
2 jam berkendara dari Jakarta kami
tiba di Tirta Sanita dan sesuai petunjuk blog kami berbelok kearah komplek Nuklir
TNI AD. Hujan deras pun mengguyur dan disinipun kami kehilangan arah. Cici pun
bertanya ke salah satu penduduk yang sedang melintas.
“Bu… pemandian air panas yang ada
di tengah sawah arahnya kemana ya bu..?”
Sang ibu menjawab “Ohh… kelewatan
dek, itu disana yang ada tulisan Tirta Sanita”
“Bukan itu bu… tapi ini yang
seperti di foto” Cici sembari menyodorkan hp yang berisikan blog lengkap dengan
foto lokasinya.
Ibu baru mengerti tampaknya “Itu
dek lewat jalan kecil di komplek, mari saya antarkan..”
Senang rasanya ketika di perjalanan
bertemu dengan warga yang sangat baik seperti ibu ini. Kamipun mengikuti sang
Ibu dari belakang hingga jalanan aspal mentok dan berubah menjadi tanah sempit
becek. Dari sini ibu menyuruh kita jalan lurus saja dan menitipkan motor di Pak
RT dan ibu pun berkata kembali.
“Ati ati ya dek, ijin pak RT dulu
karena kalau kesana harus ada proses berendam 3 x karena tempatnya keramat”
Kami semua pun terdiam “………………………….…”
Ditengah hujan lebat dan sepi
seperti aku tak mau berpikir macam macam lagi. Akupun menyuruh kawan kawan lain
segera beranjak melanjutkan perjalanan kembali. Jalanan berupa setapak sawah
sempit, becek dan licin akibat guyuran hujan. Harus hati hati jika kita tak mau
terjatuh. Darisini terlihat di kejauhan sebuah gundukan batu berwarna putih
yang berada di tengah persawahan. Sekali tengok aku pun yakin jika itu mata air
panas yang kami tuju.
Akhirnya kami tiba dirumah penduduk
dan menurut penjelasan warga setempat gundukan batu putih di tengah sawah itu
benar mata air panas yang kami tuju yang disebut Gunung Peyek. Tak perlu ritual
apa apa kamipun segera dipersilahkan jika ingin menuju mata air. Namun, lagi
lagi ada seorang warga yang menawarkan diri untuk mengantarkan kami menuju Gunung
Peyek. Sekali lagi aku menyaksikan betapa baik hati warga desa disini yang rela
mengantar di tengah guyuran hujan lebat seperti ini.
Untuk menuju mata air kami harus
melewati persawahan dengan setapak sempit dan tanah yang becek. Perhatikan langkah
jika tak ingin tercebur di persawahan. Dari kejauhan nampak batu yang sedikit
menonjol ke atas yang disebut Gunung Peyek, berwarna putih kekuningan begitu kontras
dengan persawahan hijau yang ada di sekitarnya. Tapi entah kenapa bisa
dinamakan gunung padahal hanya sebuah tanah yang sedikit meninggi.
Kamipun tiba di depan Gunung Peyek,
Warna putihnya menandakan ada aktifitas belerang di dalamnya. Gurat guratan
beralur tampak di sepanjang badan bebatuan disini. Di salah satu sisi tampak
air mengalir dari atas bebatuan. di samping-samping dinding gunungnya terlihat
lapisan sendimen yang terbentuk dari aliran air panas yang mengalirinya. Aroma khas
belerang pun mulai tercium saat kami mendekat.
Di atas bebatuan Gunung Peyek kami
menjumpai 3 lubang yang mengeluarkan air panas. Lubang lubang ini bak jacuzzy
mewah di hotel berbintang berpadu dengan persawahan hijau yang menghampar. Sekali
lagi aku takjub ada tempat semacam ini tak jauh dari Ibukota.
Di atas bebatuan belerang ini
tampak banyak sisa sisa sedimen dari aliran air. Cukup luas dataran di atas
ini, pemandangan lepas terhampar sembari kita berendam di dalam kolam air panas
alami. Sungguh nikmat manalagi yang akan kau dustakan kawan.
Menurut bapak warga yang
mengantarkan kami 3 lubang ini terbentuk secara alami tanpa campur tangan
manusia. Dan air yang mengalir selalu panas sepanjang tahun. Namun kurangnya
perhatian dari pemerintah Gunung Peyek ini tampak terabaikan di tengah sepi
persawahan.
Namun dalam hati aku ingin tempat
ini tetap alami tanpa keramaian dan campur tangan manusia yang mungkin akan
membuat Gunung Peyek ini rusak dan kotor. Disisi lain memang akan menghidupkan
roda ekonomi warga lokal namun jika alam bisa berbicara mereka pasti akan tetap
ingin sendiri, alami dan sepi.
14 komentar
Kmrn temen ngajakin ketempat ini, tapi males ngebayangin ujan nya hahaha
ReplyDeleteini aja kesana menerjang hujan bang...hahaha
ReplyDeleteini aja kesana menerjang hujan bang...hahaha
ReplyDeleteSemoga tempatnya masih sepi ya... pengen nyoba ke sana 😊 thanks infonya helpful.
ReplyDeleteSama sama mbak Citra, semoga ketemu tempatnya :D
Deletemas pradit itu ada biaya ga ke sana (biaya masuk atau parkir) ?
ReplyDeletemas pradit itu ada biaya ga ke sana (biaya masuk atau parkir) ?
ReplyDeleteBiaya masuk free mas, karena memang belum di kelola. Kalau parkir bisa di rumah warga sekitar dengan biaya seikhlasnya saja.
Deletegila, mantap banget tuch.... buat piknik sama anak istri asyik juga kayaknya. minta alamat lengkapnya donk...
ReplyDeleteKalau buat keluarga sebenarnya kurang memadai sih mas, karena memang tempat ini tidak dikelola sama sekali. Saran saya mending ke kolam pemandian air panas juga yang sudah dikelola dengan baik tak jauh dari gunung peyek ini.
Deletememang enak bagt buat berendam airnya,,,, besok mo kesini lagi we
ReplyDeleteGratis dengan pemandangan sawah yang aduhai
Deletesemoga ga rusak sm alay2 ya dan diserbu ratusan org pas wiken hikss
ReplyDeleteSemoga ya mbak, dulu kesana masih sangat sepi dan belum banyak orang tau
Delete