Gerbang besar dengan ornamen kayu
dan berukir khas toraja. Tepat di tengah gerbang menancap ornamen berbentuk
kepala kerbau. Semua itu tampak berpadu kompak menyambut langkah kecil kami. Di
kejauhan tampak tebing menjulang tinggi namun terdapat sebuah lubang atau gua
tepat di bawahnya. Warna tebing yang temaram beradu dengan warna hijau dari
persawahan berpadu indah. Berkunjung kesini berarti kita akan berwisata alam
dan budaya, Ya inilah situs pemakaman Londa.
Tampak disekitar gerbang banyak
orang orang membawa lampu petromaks menawarkan pada setiap wisatawan yang
datang.
“Kenapa harus bawa petromaks mas?”,
tanyaku pada salah satu orang yang membawa lampu petromaks.
“Buat masuk ke dalam goa mas,
karena di dalam keadaan gelap tanpa ada penerangan sama sekali” begitu tutur
sang penjaja lampu.
“Ada apa di dalam goanya mas?”
tanyaku kembali
“Kita bisa lihat pemakaman dan
tengkorak mas” sahut sang penjaja lampu bersemangat
“Haaahhhhh tengkorak???”
Tak perlu kaget dan di dramatisir
seperti itu, karena kalau kalian datang ke Tana Toraja tujuan utamanya adalah
wisata kuburan. Karena ini yang menjadi daya tarik utama di Tana Toraja, jadi
kalian jangan kaget dan tak perlu takut karena kuburan disini bersifat ramah
untuk wisatawan artinya bisa kita kunjungi dengan aman dan nyaman.
Pemakaman Londa |
Lampu bisa kita sewa dengan harga
30 ribu itu sudah termasuk biaya guide dari sang penjaja lampu itu sendiri. Sudah
jauh jauh datang ke Londa jangan sampai melewatkan untuk masuk ke dalam goa,
karena ini daya tarik utama Londa.
Sebelum masuk ke dalam goa kita
akan melihat sebuah pemandangan yang sangat epic bin awesome dengan aura
kematian tentunya. Disini kita akan melihat ratusan tulang belulang berserakan
dimana mana dan saling menumpuk satu sama lain. Peti mati pun tampak terbenam
di dalam lubang, menggantung di dinding tebing dan bahkan ada yang terongok
begitu saja di atas tanah.
Peti Mati Yang Bertumpuk |
Peti peti mati yang menggantung
bahkan tampak sudah sangat lapuk hingga tulang belulang di dalamnya tampak
keluar dan jatuh ke dasar tebing. Peti mati ini bernama Erong. Peletakan erong
juga tidak sembarangan karena semakin tinggi letaknya di atas tebing maka
semakin tinggi pula strata sosialnya di masyarakat Toraja.
Didalam Erong, selain dimasukkan
mayat, juga dimasukkan beberapa harta dari orang yang sudah meninggal. Ada
kepercayaan orang Toraja dulu, bahwa orang yang meninggal dapat membawa
hartanya ke kehidupan setelah mati. Inilah salah satu alasan mengapa mereka mengubur
peti-peti mati di tempat-tempat yang tinggi. Selain untuk melindungi harta yang
ikut dikubur, mereka juga percaya bahwa semakin tinggi letak peti mati maka
semakin dekat perjalanan roh yang meninggal menuju tempatnya setelah mati
Menurut penuturan sang guide Pemakaman
Londa ini adalah pemakaman keluarga dan sudah berumur 550 tahun serta digunakan
oleh 25 keturunan keluarga dan sampai sekarang masih aktif digunakan. Sang
guide pun mempersilahkan kami untuk berfoto sepuasnya di depan goa Londa ini. Kami
pun berpose dengan background tao tao, erong dan tulang belulang.
Sekumpulan Tao Tao |
Setelah memotret kami sang guide
kembali berkelakar dan bercerita tentang Tao Tao disini. Tao Tao adalah
miniatur yang merefleksikan orang semasa hidupnya. Tao tao biasanya juga
diletakkan barang barang kesayangan dari orang yang telah meninggal. Jadi tao
tao di Londa ini banyak yang dilengkapi dengan kacamata, kalung, ikat kepala. Dan
yang membuat tercengang adalah orang yang dibuatkan tao tao ini hanya orang yang
dalam perayaan kematiannya sudah menyembelih minimal 25 kerbau. Gilaa gak, 25
kerbau... bayangkan 1 kerbau saja sudah berharga puluhan hingga ratusan juta
ini harus minimal 25 kerbau.
***
Cusss..Cusss.. Josss suara pompa
dari lampu petromaks yang mulai dinyalakan, Dan kini akhirnya kita akan
memasuki Goa.
Note : Bagi yang takut kegelapan, sakit jantung harap perjalanan sampai
disini saja. ditakutkan pada waktu di dalam bisa jantungan dan sesak nafas
karena suasana di dalam goa yang cukup Disturbing atau tidak mengenakkan.
Masuk Ke Dalam Goa |
Memasuki goa kita langsung disambut
dengan peti peti mati yang berada di sisi sisi goa. Tulang belulang mulai
muncul di mana mana. Terkadang kita harus membungkuk untuk menuju ruangan goa
yang lebih luas dengan mengikuti langkah sang guide.
“Mas disini rata rata peti mati
berumur berapa taun ya?” tanyaku sambil berjalan membungkuk menghindari batu di
atas kepala.
“Ya bermacam macam, ada yang
ratusan tahun dan ini yang terakhir baru tahun kemarin meninggal”, sambil
nyengir.
“Ihhhh tahun laluuuuu !!!”
Peti Mati Lapuk |
Tengkorak dan tulang belulang yang
berserakan itu sebenarnya dari dalam peti. Akan tetapi karena termakan usia
peti yang biasanya ditempatkan dibagian atas itu rusak sehingga isinya keluar.
Untuk menempatkannya kembali kedalam peti yang baru harus dilakukan dengan
upacara khusus yang juga membutuhkan banyak biaya, sehingga tengkorak dan
tulang belulang tersebut hanya ditata supaya rapi. Lagipula sudah tidak
diketahui lagi tengkorak-tengkorak tersebut berasal dari rumpun keluarga yang
mana.
Romeo Juliet Toraja |
Pada saat berjalan kita menemukan sebuah
sepasang tengkorak di atas tanah yang ternyata menyimpan cerita menarik, Guide itu
pun berkelakar tentang cerita romeo dan juliet versi Toraja. Singkat cerita dahulu
ada sepasang kekasih yang saling jatuh cinta namun masih mempunyai garis
keturunan sedarah. Hubungan mereka pun di tentang banyak pihak akhirnya mereka
berdua mati bunuh diri, dan jasad mereka dimakamkan di Londa.
Di ujung goa langkah kita terhenti
karena ruangan goa memang sudah mentok sampai disini, namun menurut sang guide
sebenarnya masih ada ruangan lagi di sebelah yang bisa kita akses dengan
kembali berjalan ke tempat dimana kita masuk tadi atau kita bisa potong jalur
dengan merangkak di sebuah lorong sempit sepanjang 30 meter.
Merangkak Di Lorong |
Dengan sekali jawab pun kami lebih
memilih untuk berjalan merangkak di lorong, hahaha. Berbeda dengan wisatawan
lain yang lebih memilih kembali keluar kami rela untuk merangkak di lorong
sempit dan kotor demi sebuah pengakuan “Anti Mainstream”.
Tas dan kamera kami amankan
sedemikian rupa agar tak terpentok bebatuan di dalam lorong yang hanya
berukuran 1 x 1 meter ini. Sang guide berjalan terlebih dahulu untuk memberi
penerangan. Aku dan Arif merangkak perlahan dengan kesusahan karena beratnya
tas dan kamera yang aku bawa. Pengap, kotor, gelap dan sangat sempit itu
gambaran lorong yang kami lalui. Keringat pun mengucur dengan derasnya,
berharap lorong ini segera berakhir.
10 menit merangkak akhirnya ruangan
besar kami temukan. Namun tak ada angin segar, yang kami temui hanyalah peti
dan tengkorak kembali. Diruangan goa yang kedua ini tampak tengkorak dan tulang
belulang lebih banyak dari sebelumnya.
Di bawah, kiri, kanan, atas, bahkan
lubang lubang sempit pun full dengan tulang belulang. Goa ini tampak seperti
sebuah lubang kematian dimana semua masyarakat toraja akan kembali.
Aura Kematian |
Meskipun di dalam goa terdapat
sangat banyak tulang belulang berserakan namun kita dilarang keras untuk
memindahkannya. Karena pantangan di Londa adalah seperti itu jadi jangan harap
untuk membawa oleh oleh tengkorak asli kerumah ya cukup bawa foto saja tanpa
meninggalkan dan membawa suatu apapun juga.
Cerita Sebelumnya
Cerita Sebelumnya
0 komentar