Gunung kidul pada masa lampau merupakan daratan yang tertutup lautan. Tanahnya gersang dan penuh bebatuan cadas. Sekilas salah satu kabupaten yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta ini tak ada yang istimewa. Tapi siapa sangka dibalik bebatuan cadasnya nan gersang di bawah permukaan terdapat banyak sekali goa goa dan aliran sungai bawah tanah. Salah satu aliran air sungai bawah tanah ini keluar disebuah tebing curam dan membentuk air terjun yang kini bernama Sri Gethuk.
Aliran sungai Oya yang membelah dataran tandus kawasan gunung kidul kala
itu berwarna kecoklatan karena sedimen lumpur yang naik karena pengaruh musim
hujan. Aliran airnya pun tampak besar dan membentuk jeram jeram ketika melewati
celah sempit di antara bebatuan.
Dan walaupun saat itu masih musim penghujan sinar matahari tampaknya tak
malu malu untuk bersinar cerah. Sampai sampai aku selalu mencari tempat teduh
untuk sekedar menghindari terik sinarnya. Panas dan tandus itu gamparan awal
ketika memasuki kawasan sri gethuk.
Di tepian sungai Oya ini aku bersama 4 orang saudaraku sedang menunggu
rakit kecil yang akan mengantarkan kami menuju bibir tebing dimana air terjun
sri gethuk muncul. Sebenarnya ada cara lain untuk menuju kesana yaitu dengan
berjalan kaki menyusuri pinggiran sungai oya ini. Tapi demi merasakan sensasi
yang berbeda kami lebih memilih menggunakan rakit walaupun diwajibkan membayar
10 ripu rupiah per kepala.
Setelah menunggua antrian akhirnya tiba giliran kami menaiki rakit yang
terbuat dari drum drum kosong yang disusun sedemikian rupa. Tenaga penggerak
rakit ini berasal dari mesin diesel mini.
Dengan Rakit Kecil Menyusuri Sungai Oya |
Di sepanjang aliran sungai, perdu dan belukar terlihat begitu hijau alami
di tengah kokohnya tebing-tebing Karst yang melindunginya pada sisi kanan dan
kiri sungai. Suara rakit yang berirama menyibak aliran air seolah berpadu
dengan nyanyian alam yang sungguh menentramkan jiwa.
Sungai Oya Diapit Tebing Di Kanan Kiri |
Tak seberapa lama menikmati keindahan di atas rakit, suara gemuruh mulai
terdengar dari kejauhan. Sri gethuk telah menampakkan wujudnya, air begitu
deras menghujam bebatuan di bawahnya dan membentuk aliran air jernih yang
langsung turun dan bercampur ke sungai oya yang keruh.
Asik Juga Dinikmati Dengan Body Rafting |
Sebelum turun dari rakit, aku coba bertanya kepada Bapak nahkoda rakit
darimana asal muasal nama air terjun ini.
“Kethuk” adalah nama dari peraltan musik gamelan dan “Sri Kethuk” yang
adalah nama dari sebuah lokasi tempat buat nyimpan peralatan gamelan yang di
miliki oleh raja jin yang bernama “Onggo Menduro” merupakan penunggu air terjun
ini. Masyarakat sekitar sering menyebut dengan “Mbah Onggo”. Oleh karena itu
disebut dengan nama Air Terjun Sri Gethuk. Konon, pada saat-saat tertentu
masyarakat Dukuh Menggoran masih sering mendengar suara gamelan mengalun dari
arah air terjun.
Sedikit Slow Speed |
Namun bebatuan yang cukup licin wewajibkan kita untuk tetap waspada dalam
memilih pijakan untuk melangkah. Sedikit mendaki ke bebatuan yang agak tinggi
aku berhenti dan merebahkan badan sambil memandangi air yang terjun dari
ketinggian.
Air Terjun Yang Tak Mengenal Musim |
0 komentar