Terdapat
dua buah aliran air terjun namun bermuara dalam satu aliran air yang membentuk
sungai berair sangat jernih. Air yang jatuh tak begitu deras namun seakan tak
pernah bosan untuk jatuh sepanjang tahun. Sepi, syahdu, dan damai yang aku
rasakan pagi itu di Benang Stokel, air terjun indah yang berada di Kaki Gunung
Rinjani.
Hanya
aku dan Fajar di pagi yang sejuk itu, taka da pengunjung lain. Entahlah,
mungkin kami yang terlalu bersemangat untuk datang kesini pagi pagi. Namun
dalam hati memang suasana seperti ini yang kami harapkan. Menikmati alam tanpa
keriuhan dalam keramaian.
Tak
ada bangunan permanen hanya terdapat beberapa tempat duduk dari semen sederhana
tepat di pinggiran sungai. Juga tak terdapat warung di areal air terjun,
menjadikan benang stokel masih beraroma alam yang sangat kental.
“Coba
kamu maju tepat dibawah air terjun jar” pintaku kepada Fajar teman seperjalanan
kala itu.
“Satu…
dua… “ jeprettt, kamera pun menangkap gambar fajar yang berada di bawah air
terjun dengan tambahan sedikit teknik long shutter agar foto kian dramatis.
Dingin dan segar menjadi satu |
Memang
daya tarik setiap berkunjung ke air terjun adalah pengambilan foto dengan
beberapa angel dan shutter agak lambak agar menghasilkan aliran air selembut
kapas. Dan benang stokel pun memberikan keindahannya yang tak hanya bisa
dinikmati dengan mata terbuka namun juga indah saat dibekukan dalam sebuah
bingkai foto.
Karakter
air terjunnya yang tak begitu deras dan di salah satu air terjun membentuk
sebuah kolam yang tak begitu dalam dan pasti akan menggoda siapa saja yang
berkunjung untuk mencicipi kesegaran airnya.
Pelangi pun ikut tampil |
Aku
pun begitu, mencoba untuk melangkah ke dalam kolam sedalam lutut orang dewasa
ini. Saking jernihnya dasar kolam yang berpasir halus pun terlihat dengan
jelas. Kesegaran dan dinginnya menjadi satu, membawa harapku agar kelestarian
tempat ini selalu terjaga hingga kelak.
***
Melewati
jalur berkelak kelok membelah hijaunya persawahan, aku tarik gas dengan konstan
dan tak terlalu cepat. Sembari menikmati udara segar sepanjang perjalanan aku
pun bisa menikmati pemandangan hijau yang membuat mata segar. Mana ada di
perkotaan suasana seperti ini.
Lalu
di kejauhan nampak sebuah gunung memanjang dengan satu puncaknya yang menjulang
keatas. Sang Rinjani menampakkan wujudnya, sambil menerawang jauh ke puncaknya
teringat kembali memori indah pendakian yang aku lakukan 2 tahun yang lalu.
Senang
sekali aku bisa menyapamu kembali Rinjani, namun kali ini aku tak kembali ke
puncak dan segara anakmu namun kali ini aku mencoba menyapa keindahan di balik
kaki kaki gunungmu.
Jalan
mulus beraspal membawa motor sewaan kami berdua melaju tanpa hambatan. Aku yang
ada di kemudi depan, sedangnkan dibocengan si Fajar dengan gadgetnya menjadi
sang navigator dengan aplikasi mapnya agar kami tak tersesat di perjalanan.
Namun kenyataannya untuk menuju benang stokel sangat mudah karena banyak sekali
penunjuk arah diperjalanan.
Tepat
1 jam berkendara santai akhirnya kami berdua tiba di pos retribusi dan juga
merupakan ujung dari jalan yang kami lalui. Cukup membayar 15 ribu untuk 2
orang + parkir sepeda motor kami sudah bisa masuk. Cukup murah dan disekitar
pos juga terdapat banyak warung untuk sekedar melepas lelah dan meregangkan
otot setelah berkendara.
Gerbang
masuk dengan plang melengkung bertuliskan “Taman Nasional Gunung Rinjani”
menyambut langkah awal kami berdua. Bergetar hati ini ketika membaca plakat
tersebut, entah kenapa setiap mendengar kata Rinjani yang ada dalam benakku
hanyalah tentang keindahan yang tersimpan di dalamnya. Dan aku yakin benang
stokel pun akan memberikan kejutan besar.
Jalur
menanjak berlapis cor adalah tantangan yang harus dilewati selepas gerbang
masuk tadi. Jalur membentang di tengah hutan yang masih asri. Berselang 15
menit jalur menurun kembali hingga tiba di pelataran luas yang terdapat sungai
di sampingnya. Dan wujud Air Terjun Benang Stokel tampak jelas di depan mata.
Dan
benar saja apa perkiraanku dari awal benang stokel memang indah seperti
ekpektasiku dari awal. Bersyukur rasanya bisa menikmati salah satu pesona yang
di tawarkan di Taman Nasional Gunung Rinjani.
“Benang
Setokel” dalam bahasa lokal memiliki arti “seikat benang”. Dinamai demikian
karena bentuknya yang menyerupai ikatan benang yang di ikat menyatu.
Setelah
puas menikmati semua sajian dari Benang Stokel aku dan fajar segera berkemas
membawa semua peralatan fotografi yang kami keluarkan. Kita pun melangkah
kembali, setelah beberapa langkah kaki aku coba menengok kembali dan melihat
untuk melihat untuk terakhir kali keindahan 2 air terjun yang berdampingan ini,
karena menyadari tipis kemungkinan aku bisa kembali lagi.
0 komentar