Garis pantainya tak terlalu panjang, tak ada tempat dimana kita bisa bermain pasir dengan leluasa. Tebing berbatu langsung bertemu dengan air laut berwarna biru bergradasi menjadi hijau tosca sangat bergelombang yang seakan tak pernah lelah menghantam bibir bebatuan tebing, khas laut selatan.
Tak
hanya ombak yang selalu bergelombang namun gelombang juga datang dari para
pengunjung yang datang. Hilir mudik dan silih berganti berdatangan. Begitupun
juga aku dan 4 orang saudaraku Fita, Ferdi, Firda dan Lia. Mereka tampak
menikmati semua sajian khas dan mungkin satu satunya di Jawa bagian timur ini.
“Kolam
barat dan Kolam timur” begitulah tulisan di plang yang menancap di salah satu bebatuan
kokoh. Aku langkahkan kaki menuju kolam timur yang nampaknya lebih dekat dari
tempat berdiri saat ini.
Tak
seberapa jauh jalanan berhenti pada ujungnya dan bertemu dengan ganas ombak
laut selatan. Memandang kedepan terdapat beberapa tebing yang nampak hancur
terkena hantaman ombak setelah sekian lama.
Kolam Timur |
Sejatinya
dari foto yang beredar ada beberapa orang yang sedang asik berenang di dalam
kedung tumpang yang berwarna kehijau hijauan dan di potret dari tempat aku
berdiri sekarang ini. Namun sayang, karena ombak yang masih terlalu berbahaya
“Kedung – kedung ini masih dilarang untuk digunakan berenang. Jika masih ada
yang nekat bisa dipastikan dia akan terseret ke dalam gelombang besar yang
menyapu kedung kedung ini.
Kolam Timur Setelah Disapu Ombak Besar |
***
Matahari
tepat bersinar dengan sangat cerah dan tanpa malu malu. Tegak tepat diatas
kepala, karena memang jam tangan menunjukkan angka tepat pukul 12 siang. Semilir
angin sejuk dan warna biru cerah dari laut selatan menyambut kami setelah
berkutat dengan goncangan ojek motor sejauh 3 km. Dari atas tebing ini aku
dapat menikmati sejenak sapaan awal dari Pantai Kedung Tumpang.
Pantai
kedung tumpang mulai berbenah untuk menjadi kawasan wisata tujuan utama di
Kabupaten Tulungagung walaupun sampai saat ini masih dikelola swadaya oleh
tangan masyarakat setempat.
Dahulu
kita harus berjalan kurang lebih 1 jam untuk tiba di bibir pantai kini hanya
cukup 15 menit. Sarana dan prasarana mulai dari tempat parkir, warung, toilet
dan beberapa gubuk untuk istirahat kini sudah mudah untuk kita temui.
Dan
ternyata hal ini diamini oleh sang juru Ojek Mas Fajar yang aku tumpangi.
“Alhamdulillah
semenjak setaun ini kedung tumpang rame mas, bisa sedikit mengangkat ekonomi
kami di dusun terpencil seperti Pucang Laban ini” terang Fajar.
“Kemarin
hari raya parkiran penuh dengan mobil mas, namun pas sampean kesini sekarang pengunjung
sudah berkurang, tinggal pengunjung bersepeda motor yang banyak” lanjut Darmono
kembali
View Dari Atas Bukit |
***
Wajahnya
nampak berkeriput menyiratkan betapa panjang kehidupan yang telah ia lalui,
namun tak ada lelah di wajahnya. Pun begitu dengan tatapan matanya yang tajam
memperhatikan gerak gerik beberapa orang yang mulai menceburkan diri di kolam
barat. Tak
ada kata terucap, hanya nampak sesekali dia memperhatikan hempasan air dari
gelombang yang menghantam tebing di ujung kolam barat tersebut.
Kolam Sebelah Barat |
Dari perkataan awal beliau aku sudah terkesan dibuatnya. Dan tiba tiba aku bertanya kepadanya.
“Pak
nopo kedung niki aman damel renang?” yang artinya “Pak apakah kolam ini aman
buat berenang”.
“Sampun
sonten koyo niki sampun aman mas, nopo meleh tuyone sampun surut” kata Pak
Darmono (Sudah sore seperti ini sudah aman mas, apalagi airnya sudah surut).
Seakan
mendapat kode, aku pun mengerlingkan mata ke Ferdy dan nampaknya dia pun sudah
paham akan maksudku. Dengan menenteng sebuah kamera action aku dan ferdi pun
menuruni tebing dan menuju kolam alami berwarna hijau tosca.
Woyoooo….
Bersamaan aku pun meloncat kedalam kedung dengan kedalaman sekitar 2,5 meter. Bak
anak kecil yang bertemu mainannya aku dan ferdy pun takmpak kegirangan
menikmati kolam alami ini.
Kolam Alami |
Bersenang
senang namun tetap waspada itulah aturan main di kedung tumpang ini, jangan
terlalu mendekati ujung kolam yang berbatasan dengan tebing karena sewaktu
waktu ombak besar dapat menyeret tubuh kedalam lautan hindia.
“Bluarrrrrrr……!!!”
ombak sangat besar menerjang kedung tempat kami bermain, ombak pun mendorong
tubuh kami kedalam. Dengan berpegang pada batuan aku dan ferdi mencari
perlindungan dari ombak besar yang datang.
Seketika
beberapa orang yang berenang sedari tadi di kedung naik dengan terbirit birit. Begitupun
juga kami mungkin ini waktunya mengakhiri waktu bermain di kedung indah
berwarna hijau ini.
Ombak Besar Menghantam Kolam Barat |
“Nggih
pak, asikkkk” sahutku dengan cengengesan.
“Bilas
neng kono ae, ono air terjun… kari lurus ae kiro kiro 100 meter mlaku” (Bilas
disana saja, ada air terjun..tinggal lurus kira kira 100 meter berjalan”) Saran
Pak Darmono kepada aku dan Ferdy.
“Nggih
Pak Matur Suwun” timpalku dan bergegas karena waktu sudah semakin sore.
Mengikuti
bibir tebing pantai dan akhirnya kami menemui sebuah sungai kecil yang berujung
di terjun ke lautan.
“Apa
air terjun ini yang dimaksud Pak Darmono tadi?” tapi bagaimana cara berbilas
kita, aliran air langsung bertemu dengan ombak ganas dibawah.
Ketika Sungai Menemui Ujungnya |
Dan
benar saja, tak jauh melangkah aku terpana melihat sisi lain keindahan dari
Kedung Tumpang. Di depan mata terpampang air terjun dengan ketinggian kurang
lebih 40 meter dengan air segar yang langsung jatuh ke kolam yang ada di
bawahnya.
Air Terjun Tersembunyi Di Kedung Tumpang |
Dengan
keberadaan Kedung Tumpang yang memiliki karakter khas, dan sepertinya lambat
laun akan menjadi primadona andalan wisata di kabupaten Tulungagung. Dan pastinya
juga akan menambah pilihan wisata bagi siapa saja yang datang ke Jawa Timur
khusunya kabupaten Tulungagung.
Catatan
:
- Pergunakan aplikasi Waze di smartphone kalian untuk menuntun menuju Kedung Tumpang, karena petunjuk arah di Google Maps belum bisa menemukannya.
- Atau bisa mengikuti arah ke Pantai Sine, kemudian berbelok ke timur tepat pada pertigaan yang terdapat plang bertuliskan Kedung Tumpang.
- Pastikan kendaaraan Fit, karena jalan akan berubah makadam, dari sini tinggal ikuti petunjuk arah menuju Kedung Tumpang.
- Selamat berwisata namun tetap waspada akan ombak besar di Kedung Tumpang.
6 komentar
Air kolamnya jernih sekali, berbonus air terjun pula. Acung jempol tuk dedikasi mbah Darmono.
ReplyDeleteIya jernih banget mas, tapi agak berbahaya jika ombak besar datang
Deletemauuuu.. tjakep lautnya masya allah.
ReplyDeleteLangsung gassss mbak :)
DeleteEpic nih pantainya kalo ada kesempatan pengen ke pantai kedung tumpang :(
ReplyDeleteSemoga ada kesempatan ya mas, kedung tumpang selalu menunggu :)
Delete