Seperti
“Dejavu” ketika melangkah menuruni bukit nan terjal ini, ya seperti aku sedang
menuruni lereng lereng ketika mau turun gunung kalaupun boleh lebih di
dramatisir turunannya seperti menuju Segara Anak Gunung Rinjani. Ini serius,
sebenarnya aku sedang berada dimana? Ahhh tiba tiba suara ombak memecah
lamunanku diantara peluh yang terus mengucur membasahi dahi. Aku tidak berada
di gunung saat ini melainkan dalam usaha untuk menggapai Pantai Suwehan.
Terletak
tersembunyi di bawah tebing tegak lurus di sebelah timur Nusa Penida, untuk
menuju Pantai Suwehan membutuhkan sedikit usaha yang lebih. Ya karena memang
untuk menggapai surga itu memang tak mudah, Pantai Suwehan memberikan salah
satu contoh kecilnya.
Pepohonan
besar yang tumbuh disepanjang jalur menjadi kanopi teduh untuk menghalangi
sinar matahari yang masuk. Cukup asri dan teduh namun suhu panas khas pesisir
ditambah jalur menurun yang lumayan cukup ekstrim tetap tak mampu mengahalangi
cucuran peluh untuk keluar dari pori pori kulit.
Apalagi
kami yang seakan tak siap untuk mengahadapi jalur menurun tajam seperti ini.
Namanya juga pantai siapa sangka akan terlebih dahulu melalui jalur nan ekstrim
seperti ini. Beberapa tentengan tas plastik berisi berbagai jajanan dan
bungkusan makan siang yang kami beli di Toyapakeh tadi semakin memperberat
langkah turun kami. Di beberapa titik kami harus saling membantu melempar
barang bawaan ke bawah sekedar untuk lebih mudah melangkah turun dan tangan
lebih leluasa untuk mencari pegangan yang dirasa aman.
Aku
membawa satu tenteng penuh plastik jajanan, Mbak Okta membawa satu tenteng plastik
juga, Lintang pun begitu, namun tidak dengan Fajar dia nampaknya lebih “desperate”
dan terkesan syok melihat jalur yang seperti ini, dia hanya terdiam sepanjang
perjalanan. Aku biarkan saja dia untuk berjalan dibelakang sembari memotret
apapun yang ada dengan kamera yang selalu berada di genggamannya untuk
menghilangkan pikiran tentang jalur yang luar biasa di depannya.
Setelah
hampir 30 menit berjalan hamparan laut pun sudah ada di depan mata. Namun masih
ada beberapa meter lagi turunan kebawah dan turunan terakhir ini seakan
memberikan ujian yang paling nyata sebelum kaki kami menyentuh pasir pasir
putih Pantai Suwehan. Aku yang berjalan paling depan sedikit kebingungan dan
mencari cara bagaimana cara paling aman untuk turun.
“Sini
aku bawain dulu tas plastiknya, nanti aku lemparin jika kamu sudah dibawah”
kata mbak octa.
“Oke
mbak, perhatikan ya..nanti ikuti caraku untuk turun” sahutku
Dengan
sedikit merosot aku pun turun dan melalui jalur yang hampir tegak lurus ini.
setelah berhasil sampai dibawah, mbak octa pun melempar semua barang bawaannya.
Aku pun menjadi navigator untuk langkah langkah dari kawan kawan yang masih ada
di atas sana.
Sesampainya
kaki kaki menyentuh pasir kami pun berlarian seperti burung yang telah lepas
dari sangkarnya dan menemukan rumahnya sendiri yang paling indah. Pasir pasir
disini begitu halus dan putih bersih, tanpa sampah sedikitpun. Dinding terjal
sebelah kiri bak benteng raksasa yang melindungi Pantai Suwehan ini dari
kehidupan luar. Tepat di bibir pantai ada sebuah batu meruncing berbentuk layar
yang seakan menjadi ikon dari pantai indah ini.
Aku
pun terduduk di salah satu sudut yang terlindung dari matahari. Meletakkan
saemua barang bawaan dan melepas semua lelah, menikmati semua keidahan yang ada
di depan mata. Hanya kami yang ada disini, tak ada kelompok lain. Bak surga
tersembunyi dan milik pribadi hanya deburan ombak yang memecah kesunyian. Terpaan
angina lembut pun menerpa wajah seakan memberikan sambutan bagi kami yang
terlalu lama akrab dengan kebisingan kota kota di pulau jawa.
Tak
perlu menunggu waktu terlalu lama, satu persatu dari kamipun riuh kesana kemari
untuk mengambil beberapa pose foto berlatar birunya laut dan tebing yang
berdiri dengan megahnya. Si Fajar kinipun tersenyum lebar, wajah muramnya telah
sirna, dia berlari lari kecil mencari beberapa spot foto yang dianggapnya
menarik. Pantai Suwehan pun memberikan kado terindah untuk kami yang telah
berhasil turun untuk menggapainya.
Kami
nikmati semua sajian alam yang ada di Pantai Suwehan ini. Sepuasnya, karena
perjalanan berat akan menanti sekembalinya kami beranjak pulang. Karena jalur
masih tetap melewati jalur turun yang tadi. Entahlah bagaimana cerita nanti,
yang terpenting saat ini kami bahagia menikmati surga tersembunyi bernama
Pantai Suwehan.
Catatan:
- Pantai Suwehan berada di Nusa Penida, Bali.
- Ikuti arah menuju Pantai Atuh, dengan mengikuti plang yang sudah cukup banyak.
- Setelah sampai di pertigaan Pantai Atuh, ikuti jalan yang lurus. Dan setelah ini jalan akan tampak membingungkan tanpa petunjuk arah yang pasti.
- Jangan malu untuk bertanya jika kalian bingung.
- Persiapkan fisik dengan baik dan jika kalian takut akan ketinggian pikirkan ulang untuk turun ke Pantai Suwehan.
- Jangan tinggalkan sampah kalian, bawa kembali sampah kalian ke atas.
6 komentar
Buset di Bali.... kirain dimana...
ReplyDeleteIya mas di Nusa Penida Bali
DeleteMas..berapa lama dari toyapakeuh ke Suwehan?
ReplyDeleteMinggu depan saya mau kesana tgl 26 jam 10an sampe tgl 28 pulang pake boat yg jam 3 sore.
Tgl 26 dan 28 sewa motor. Tgl 27 sewa mobil full dari pagi sampe malem.
Mohon sarannya, kalo saya ingin berkunjung ke tempat tempat ini bagusnya urutannya nya gimana ya
1. Pasih Uug & Angel Billabong
2. Pantai Kelingking
3. Pantai Atuh dan Molenteng Tree House
4. Pantai Suwehan
Mohon sarannya. Terimakasih sebelumnya.
Minggu depan saya mau kesana tgl 26 Aug, jam 10an sampe Ty.Pakeh, dan tgl 28 Aug pulang pake boat yg jam 3 sore dari Ty. Pakeh.
ReplyDeletedi Tgl 26 dan 28 saya rencana sewa motor. Utk Tgl 27nya sewa mobil full day dari pagi sampe malem.
Mohon sarannya, kalo saya ingin berkunjung ke tempat -tempat ini bagusnya urutannya nya gimana ya
1. Pasih Uug & Angel Billabong
2. Pantai Kelingking
3. Pantai Atuh dan Molenteng Tree House
4. Pantai Suwehan
Mohon sarannya. Mempertimbangkan jarak dan kondisi jalan. Terimakasih sebelumnya.
Sekitar 2 jam, karena tempatnya paling ujung di Nusa Penida. Urutan sudah benar seperti itu, namun itu perlu waktu 2 hari full day dengan pembagian hari pertama pasih uug dan kelingking. Hari kedua pantai atuh dan suwehan.
DeleteAku main-main ke blog mu terus nemu artikel ini. Duh,, jadi kangen sama Suwehan. Padal pas lagi jalan turun sempet nyesel lho,, ngapain capek-capek lewat jalan nggak jelas begitu. E tapi,, sekarang udah kangen. Hahahaha.
ReplyDeleteAyo Dit travelling bareng lagi.