Mobil berjalan pelan,
mesin sedikit meraung menandakan jalanan yang semakin menanjak, di beberapa
titik mobil harus terguncang hebat karena jalanan yang mulai rusak, jalanan
yang meliuk pun menuntut konsentrasi tinggi untuk para pengendara. Jam 4 pagi, Jalanan
masih gelap gulita, diluar jendela mobil hanya nampak beberapa titik lampu
rumah penduduk berpendar jauh dibawah sana. Aku mencoba pejamkan mata namun tak
bisa, pikiran ini sudah terbayang akan keindahan tempat diujung perjalanan.
Sudah tak sabar rasanya, untuk melihat keelokan Sang Kelimutu.
Suhu terasa dingin
pagi itu, namun nampaknya aktifitas para pengunjung sudah bergeliat dari tengah
malam. Terlihat deretan mobil yang nampaknya sudah ada sebelum aku datang. Aku
coba rapatkan kancing jaket, rasa rasanya udara semakin dingin saja jika
terlalu lama berdiam diri. Agar tak membuang waktu terlalu lama aku pun
mengajak kawan kawan yang lain untuk segera melangkahkan kaki menyusuri setapak
kecil menuju Kawah Kelimutu.
“Ndak jauh kok mas,
paling jalan 15 menit saja” begitulah kata salah satu penjaga pos di sekitar
parkiran mobil yang aku temui.
“Ohh dekat ya, okelah
pak saya lanjut jalan dulu, terima kasih”
Diriku menimpali
dengan hati yang sedikit pesimis dengan kata kata bapak tadi. Karena memang
estimasi waktu dari orang lokal biasanya melenceng jauh dari kenyataan. 15
menit bagi warga lokal kalau untuk ukuran kita bisa 2 sampai 3 kali lipatnya.
Tapi nanti dibuktikan saja ketika sampai diatas berapa lama waktu yang
dibutuhkan. Tak lupa aku pun coba melirik jam setelah bertemu bapak bapak tadi.
Jalan setapak untuk
menuju Kawah Kelimutu ini nampak sangat baik dengan paving atau cor yang padat.
Berjalan di tengah kegelapan pun rasanya cukup nyaman saja karena setiap 5
meter terdapat lampu penerangan. Petunjuk arah pun sangat jelas dan hampir
terdapat di setiap persimpangan. Di beberapa sudut nampak sebuah papan diorama
yang berisi informasi apa saja tentang Gunung Kelimutu ini. Pos pos
pemberhentian untuk beristirahat pun cukup mudah ditemukan sepanjang
perjalanan. Bahkan di tengah jalur terdapat beberapa toilet bersih yang dapat
digunakan. Dengan fasilitas yang begitu lengkap itu tak heran jika Gunung
Kelimutu namanya kian mendunia dan menjadi tujuan utama siapa saja yang datang
ke Flores tepatnya ke daerah Ende.
Jalan setapak yang ada
relatif datar hanya ada sedikit tanjakan sebelum kita sampai di Puncak
Kelimutu. Namun tetap saja membuat nafas memburu, keringat mengucur. Tepat di
Puncak Kelimutu aku kembali melirik jam tangan, kurang lebih 40 menit tadi
berjalan, lebih 2 kali lipat dari perkataan omongan bapak bapak tadi dibawah.
Ketika sampai di puncak kegelapan masih menyelimuti sekitar, namun keadaan
sudah mulai ramai dengan datangnya pengunjung yang lain dan beberapa warga
lokal yang menjajakan minuman hangat.
Puncak Kelimutu setinggi
1.639 mdpl yang ditandai dengan sebuah tugu tinggi menjulang, dibawahnya
terdapat sebuah punden berundak yang dapat dijadikan para pengunjung untuk
duduk sembari menunggu sinar mentari untuk yang pertama kali. Bak menunggu
pertunjukan utama dimulai para pengunjung nampak duduk berderet rapi dibawah
tugu puncak Kelimutu itu. Tetapi aku lebih memilih untuk berjalan mondar mandir
sekedar untuk menghilangkan rasa dingin yang menyergap tubuh.
Menunggu sekitar 20
menit akhirnya nampak dari kejauhan horizon yang mulai merubah warnanya. Perlahan
demi perlahan gelap malam mulai berganti dengan beragam warna ajaib yang dibawa
untuk pertama kali oleh sang mentari. Semua orang nampak antusias, dari yang
semula duduk berdiam diri kini mulai berdiri untuk menikmati atraksi alam yang
sudah mereka tunggu dari tadi. Berpadu dengan warna jingga mentari kawah
Kelimutu pun seakan tak mau kalah untuk memamerkan kecantikannya. Warna hijau
tosca dan biru muda menjadi latar yang indah dan menjadikan pagi itu sungguh
sangat sempurna.
Gunung Kelimutu
mempunyai keindahan yang berbeda dari gunung-gunung yang berada di Indonesia
lainnya, pasalnya Gunung Kelimutu memiliki 3 danau kawah yang terbentuk dari
letusan Gunung Kelimutu beberapa tahun silam, dengan warnanya yang selalu
berubah ubah. Gunung ini pun tak lepas dari cerita adat dari warga lokal yang
mengkeramatkan Kelimutu.
Sebelah kiri “Tiwu Nuwa Muri Koo Fai”, Sebelah kanan “Tiwu Ata Polo” |
Menurut Bahasa lokal
nama Kelimutu berasal dari “Keli” yang berarti gunung dan “Mutu” yang berarti
mendidih. 3 danau kawahnya pun punya nama sendiri sendiri dan ada cerita adat
dibelakangnya.
Yang pertama “Tiwu Ata
Polo” yang berarti tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dan
selama ia hidup selalu melakukan kejahatan. Posisi danau ini berada di sebelah
kanan saat posisi badan menghadap ke arah danau dari gardu pandang. Danau ini
berwarna sedang berwarna hijau tosca gelap pada saat aku kesana. Sedangkan danau di
sebelah kiri dan berwarna hijau tosca muda adalah “Tiwu Nuwa Muri Koo Fai” yang
berarti empat berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi yang telah meninggal.
Dan satu
lagi danau yang berada di belakang gardu pandang yang berwarna hitam pekat
bernama “Tiwu Ata Mbupu” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang
telah meninggal. Ketiga kawah tersebut adalah daya Tarik utama dari Gunung
Kelimutu dan konon katanya ketiga kawah tersebut dapat berubah warna sebanyak
44 kali dalam setahun, sungguh luar biasa.
“Tiwu Ata Mbupu” |
Dan demi menghormati
para leluhur masyarakat sekitar bersama pemerintah tepat tanggal 14 Agustus
setiap tahunnya diadakan Festival Danau Kelimutu yang dinamakan “Pati Ka” yang
dalam Bahasa lokal berarti memberi makan. Pemberian makan ditujukan untuk para
leluhur danau kelimutu berupa sesaji terdiri dari daging babi atau dalam bahasa
setempat disebut “wawi” dan moke atau minuman beralkohol khas daerah setempat.
Selain melestarikan
budaya setempat upacara “Pati Ka” ini bertujuan untuk lebih mengenalkan Kelimutu
sebagai destinasi utama di Flores dan sebagai daya Tarik bagi wisatawan untuk
datang setiap tahunnya.
***
Sinar mentari
nampaknya tak bertahan begitu lama karena kabut pekat secara tiba tiba datang
dan merampas semuanya. Hampir sama dengan gunung gunung lainnya, cuaca di
Kelimutu pun sering berubah berubah. Tak selang beberapa lama gerimis pun mulai
turun dan membuat semua pengunjung nampak gelisah dan segera meninggalkan
kawasan gardu pandang dibawah tugu puncak.
Tak ada perasaan
kecewa tapi dalam hati aku bersyukur karena tadi kami semua disini sudah dapat
menikmati sebuah pagi yang sempurna walaupun hanya sekejap. Mengabadikan momen
yang ada kedalam kamera pun nampaknya sudah lebih dari cukup. Aku coba lihat
dari viewvinder kamera sudah terekam manis momen momen indah Sang Kelimutu.
Dengan berubahnya gerimis menjadi hujan maka ini adalah pertanda untuk aku
segera melangkah turun meninggalkan keindahan 3 danau yang berselimut kabut.
Bicara tentang
Kelimutu aku tak akan pernah lupa akan cerita masa kecilku dahulu. Pada mulanya
aku tahu Gunung Kelimutu ini dari pecahan uang kertas yang menampilkan gambar 3
danau dengan warna yang berbeda beda. Waktu itu aku masih berumur belasan taun
yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Setiap kali melihat pecahan uang 5
ribu itu aku terasa kagum melihat indahnya Gunung Kelimutu itu, walaupun hanya
sebatas gambar abstrak saja.
Namun seiring dengan
berjalannya waktu kini aku dapat berdiri tepat dihadapan 3 Danau Kelimutu itu,
sungguh perasaan yang tak bisa aku ungkapkan. Bayangan imajiner yang dahulu
hanya dapat aku nikmati dipecahan uang kini terpampang jelas di depan mata.
Sungguh aku sangat bersyukur, betapa Tuhan dapat mengabulkan impian masa
kecilku untuk bisa datang dan berdiri di Gunung Kelimutu.
Lembaran Uang Bergambar Gunung Kelimutu (Sumber) |
Kelimutu pun menjadi sebuah
penutup manis perjalananku selama 10 hari di Pulau Flores. 10 hari yang sangat
berkesan, flores pun semakin meyakinkanku jika Negara Indonesia ini amat begitu
kaya. 10 hari yang semakin menambah rasa nasionalisku terhadap Indonesia. 10
haripun rasanya terlalu singkat untuk menjelajahi Flores secara keseluruhan. Masih
ada Maumere, Larantuka hingga Lembata yang belum sempat aku singgahi. Namun dalam
hati aku berjanji, jika suatu saat nanti diberikan kesempatan aku pasti akan
kembali menuju Flores.
1 komentar
Pengin banget kesana saya, duh kapan ya? Coba juga mampir cari tempat wisata di Jogja
ReplyDelete