Perjalanan jauh dari Surabaya menuju kawasan Pronojiwo di Lumajang untuk
berkunjung ke deretan air terjun yang berada disana terancam gagal karena pada
saat datang, kami dihadang dengan hujan yang begitu derasnya.
Satu destinasi Air Terjun indah bernama Kabut Pelangi sudah gagal kami
sambangi karena jalur trekking yang berbahaya saat hujan hingga akhirnya pihak
pengelola menutup akses kesana demi alasan keamanan.
Jika Kabut Pelangi ditutup kemungkinan besar air terjun lain seperti
Tumpak Sewu dan Kapas Biru pun ditutup pikirku, karena jalur trekking melewati
beberapa arus sungai. Beberapa saat aku dan kawan kawan yang ada didalam mobil
terdiam.
Tak kehilangan ide aku akhirnya memutar haluan dan menuju Goa Tetes yang
berada tak jauh dari pintu gerbang Air Terjun Tumpak Sewu. Aku parkirkan
kendaaraan kemudian bergegas menuju pos penjagaan walaupun saat itu hujan masih
turun. Hati pun kembali bersiap jika kami ditolak lagi untuk berkunjung.
“Pak permisi, Goa Tetes nya buka apa tidak ya?”
“Buka kok mas, aman kalau disini walaupun hujan”
“Disini beda dengan yang lain, air terjunnya berasal dari sumber dan
jalur tidak melewati sungai”
“Waahh untungnya, matur suwun pak” aku tersenyum lebar dengan wajah lega
dan sumringah. Akhirnya perjalanan kami tak sia sia walaupun dengan destinasi
yang tak kami rencanakan sebelumnya.Cukup membayar 5000 ribu saja per orang
kami sudah diperbolehkan untuk masuk.
“Pelan pelan saja mas, jalannya licin habis hujan” Pesan pak penjaga
loket
“Siap pak, kami berangkat dulu”
Jalur menuju air terjun sudah nampak bagus dengan tangga beton dengan
pegangan tangan disebelah kiri yang berbatasan langsung dengan jurang. Kontur
trek terus menurun dengan tajam, dan ketika menengok ke belakang sudah
terbayang bagaimana beratnya perjalanan pulang nanti.
Dari kejauhan pun penampakan air terjunnya sudah dapat terlihat. Dari
bentuknya air terjun satu ini sungguh unik. Air yang keluar dan jatuh tak hanya
satu dari satu tempat namun berderet hampir disetiap sudut sudutnya. Dan di
beberapa sudutnya terdapat celah celah yang menyerupai goa dengan aliran air
yang menetes didalamnya, mungkin goa goa inilah yang menjadi inspirasi penamaan
dari “Goa Tetes” itu sendiri.
Semakin kebawah dan mendekat ke air terjun suasana dingin semakin
menguar, awan awan tipis nampak masih mendekap ujung ujung bukit diseberang,
udara semakin lembab saja. Sungguh suasana yang sungguh nyaman aku rasa.
Jalur menurun pun menemui ujungnya, disini terdapat sebuah gubuk
sederhana yang bisa digunakan untuk berteduh dan beristirahat sembari melihat
indahnya Goa Tetes yang berada di depan mata. Aliran air yang begitu melimpah
sungguh menggoda kami untuk bermain main.
Pertigaan Menuju Tumpak Sewu |
Maka dari itu tak perlu beberapa lama istirahat kami pun bergegas
menaiki bebatuan dan segera merangkak ke atas, menikmati kesegaran air dan
melihat Goa Tetes dari berbagai sudut yang lain. Tak beberapa lama jauh
melangkah terdapat sebuah pertigaan dimana jika berjalan kekiri akan
mengantarkan kami menuju air terjun Tumpak Sewu. Kali ini kami memilih untuk
berjalan kekanan terlebih dahulu karena memang kami ingin lebih menikmati Goa
Tetes lebih lama.
Ketika melangkah kami harus tetap memperhatikan keadaan sekitar, karena
banyak sekali bebatuan yang licin dan berbatasan langsung dengan jurang
menganga di sisi kiri. Apalagi aku yang sedang membawa perlengkapan kamera
sungguh harus berhati hati agar tas kamera yang aku bawa tidak basah karena
air.
Dalam keriuhan suara air yang jatuh didalam hati aku terkagum kagum
dengan bentang alam yang ada di daerah Pronojiwo ini, sungguh banyak sekali
tempat indah dengan air yang mengalir sepanjang tahun tak pernah surut. Dalam
hati pun aku berdoa agar air yang ada diseluruh air terjun ini tetap tak
berubah berapapun lamanya, namun dalam hati aku pun sadar jika doaku bisa
terwujud jika alam yang ada disekitarnya masih tetap lestari agar dapat
menyimpan air yang begitu melimpah dari lereng sisi selatan Gunung Semeru ini.
Catatan
- Hati hati ketika melangkah banyak bebatuan licin yang langsung berbatasan dengan jurang.
- Pergunakan Drybag untuk melindungan perlengkapan elektronik dari air.
- Banyak sekali terdapat pacet / lintah, bawa minyak kayu putih atau air tembakau untuk melepaskan pacet yang sudah menempel di kulit.
- Persiapkan fisik dengan baik karena perjalanan turun dan naik akan cukup menguras tenaga.
1 komentar
Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya: Tshirt Dakwah Islam
ReplyDeleteMau Cari Bacaan yang cinta mengasikkan, disini tempatnya Cinta Karena Allah